Seorang pelaku UMKM di Wonosobo, Jawa Tengah, mengolah tumbuhan rami yang ditanamnya menjadi kain batik hingga pakaian musim dingin dan memamerkan produknya pada pameran kerajinan tangan Inacraft 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Pemilik usaha penyedia serat alam Indonesia Ramindo Berkah Persada Sejahtera, Wibowo telah menekuni usaha ini sejak 1999. Kecintaannya pada serat alam dan keprihatinannya terhadap ketergantungan impor bahan baku tekstil mendorongnya untuk berinovasi dengan rami.
“Tiga tahun ini saya sudah memikirkan rami untuk tekstil. Akhirnya kami melakukan pengembangan dan riset secara mandiri dan kolaborasi dengan teman-teman, akhirnya terwujudkan rami Indonesia, yang dibuat di Indonesia oleh perajin-perajin kita,” katanya saat ditemui ANTARA di pameran Inacraft 2024, di Jakarta, Rabu.
Keikutsertaan Wibowo dalam Inacraft merupakan pertama kalinya setelah mendapat undangan dari Kementerian Koperasi dan UKM. Pameran ini menjadi kesempatan bagi dia untuk mempromosikan kain dari serat alam. Selain rami, dia juga memamerkan produk kain yang terbuat dari serat daun nanas dan wool.
Namun, Wibowo mengatakan bahwa dia belum memproduksi kain dari serat alam ini secara massal karena masih dalam tahap pengembangan dan masih melihat potensi pasarnya. Saat ini, dia lebih banyak menyuplai bahan bakunya kepada perusahaan-perusahaan eksportir.
Dia menuturkan masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan usahanya ini, antara lain akses teknologi yang masih terbatas dan modal usaha yang kecil.
Proses produksi benang rami di Wonosobo masih memiliki keterbatasan. Wibowo mengaku harus pergi ke kota-kota lain untuk mendapatkan benang dari rami yang ditanamnya.
“Permasalahannya adalah bagi UMKM kecil kayak kami itu adalah teknologinya. Kami tidak punya teknologi seperti pabrik besar, kami tidak punya modal cukup untuk teknologinya,” ujar dia.
“Kalau minta tolong ke tempat lain juga jika permintaan kecil mereka tidak tertarik, tidak mau mengerjakan," kata WIbowo.
Ia berharap ada kebijakan pemerintah untuk menjadikan tekstil berbahan baku serat alam ini menjadi salah satu prioritas dalam upaya menjaga ketahanan sandang Indonesia.
Ia juga berharap serat rami dan serat-serat alam lainnya yang ada di Indonesia ini dapat terus dikembangkan dan menjadi alternatif bahan baku pakaian selain kapas. Dengan adanya serat alam lain juga diharapkan impor kapas akan menurun.
"Apalagi serat alam juga merupakan bahan baku yang berkelanjutan," tuturnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam empat tahun terakhir (2019-2022), terjadi peningkatan jumlah impor barang benang kapas dengan tren sebesar 29,79 persen.
Pada 2019 jumlah impornya sebesar 14.843 ton. Pada 2020 sebesar 12.588 ton. Kemudian pada 2021 naik 65,82 persen menjadi 20.873 ton. Selanjutnya, pada 2022 naik 43,28 persen menjadi 29.908 ton.
Menurut data Kementerian Perdagangan, nilai impor kapas Indonesia pada 2023 mencapai 483.5 juta dolar AS atau sekitar Rp7,6 triliun.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024