Film terbaru Kiblat memicu kontroversi di kalangan warganet karena berbagai alasan. Sinema horor ini dari trailernya tergambar betapa seramnya jika ditonton di bioskop dengan adegan mengejutkan berikut peran musik atau scoring khas film-film genre hantu.
Alur cerita film garapan sutradara Boby Prasetyo ini bercerita mengenai Ainun (diperankan Yasmine Napper) yang ingin meneladani ayahnya seorang pemuka agama yang baru meninggal.
Untuk melakukan itu, ia mendatangi sebuah kampung tempat ayahnya memberi ajaran spiritual kepada warga. Seiring berjalannya waktu, ia menemukan sejumlah kejanggalan karena meski ayahnya dikenal sebagai ulama tetapi ajarannya tidak seperti lazimnya syariah Islam, bahkan bisa dikategorikan sesat.
Satu persatu kejadian mistis dan menyeramkan terjadi hingga ditemui sejumlah fakta yang tidak pernah Ainun duga sebelumnya.
Film ini juga dibintangi beberapa selebritis populer di Indonesia seperti Arbani Yasiz hingga YouTuber Ria Ricis.
Baca juga: Drama Korea "Chief Detective 1958" tayang perdana pada 19 April 2024
Baca juga: Provinsi Bengkulu segera wujudkan film Fatmawati Soekarno
Meski memiliki plot yang baik, film Kiblat memicu sejumlah kontroversi. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang pertentangan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Dianggap Mencemarkan Agama
Mengusung genre horor, film karya rumah produksi Leo Pictures ini memperoleh sorotan tajam dari masyarakat. Poster film yang diunggah dinilai tidak etis bagi agama Islam.
Hal itu termasuk dianggap film justru membuat orang takut untuk melakukan ibadah sholat karena alur ceritanya.
Gus Hilmi Firdausi, seorang dai dan penulis, meminta film Kiblat agar mempertimbangkan alur cerita. Horor sebaiknya memiliki arah yang menghibur sekaligus tidak bertentangan dengan tujuan mendidik.
Ia mencontohkan film Agak Laen. Meski mengusung genre horor, film tersebut sukses dan tidak memicu kontroversi karena memiliki cerita yang cenderung kreatif.
Di masa lampau, pernah ada film serupa Kiblat yang memiliki pertentangan. Pembuat film seharusnya belajar dari hal tersebut.
Baca juga: 10 film dan serial rekomendasi TikTokTainment Hub, nomor 7 Kung Fu Panda 4 paling populer
Baca juga: Film "Purun" dapat penghargaan di PayPal Melbourne Fashion Festival
"Dengan segala hormat kepada para produser film Indonesia, tolong hentikan membuat film horor seperti film Kiblat ini. Sama sekali tdk mendidik, bahkan membuat sebagian orang jadi takut sholat…dulu kejadian yg sama terjadi pada sekuel film makmum, khanzab dsj. Yuk bisa buat film dgn unsur religi yg lebih berkualitas, yg agak laen biar hasilnya juga agak laen kayak film agak laen ," kata Gus Hilmi lewat cuitan X/ Twitter yang dipantau Minggu.
2. Judul Kiblat Bermasalah
Warganet secara aktif berbagi pendapat tentang keputusan menggunakan kata “kiblat” yang dianggap sebagai acuan beribadah bagi umat Muslim sebagai judul film.
“Ketika duniawi adalah tujuan dari kehidupan. Mereka berlomba lomba mengejarnya dengan segala cara dan akhirnya terjebak dalam lingkaran ajaran sesat,” tulis @filmkiblat dalam unggahannya, Rabu (20/3).
Unggahan ini menuai banyak komentar negatif dari publik daring.
“Kiblat tu buat kita sholat bukan buat judul film,” ucap @as.aida** dalam unggahan media sosial film Kiblat.
Namun, netizen lainnya juga memberikan pendapat dengan pemikiran yang positif terhadap film tersebut.
Baca juga: Poster dan cuplikan film "Malam Pencabut Nyawa" dirilis
Baca juga: Agak Laen jadi film Indonesia pertama tayang di Amerika tahun ini
“Mungkin di balik flim itu ada hikma yg bisa di petik dan di ambil pelajaran terutama orang-orang yg msh malas menjalankan sholat,” kata @hijrah_hijria** menanggapi komentar @as.aida**.
Dalam platfrom media sosial lain seperti X (Twitter), poster film Kiblat juga menerima pertentangan dari berbagai warganet.
“boleh di laporin ga sih, sumpah sakit hati banget.”
“Padahal kiblat tuh identik sama Ka’bah,” lanjut @tanyarlf** yang juga memposting poster film Kiblat di X.
Pengguna X lain juga menyampaikan pendapat serupa terhadap film tersebut. Pemilik akun @gforc** mengkhawatirkan efek film Kiblat yang justru dapat kontradiktif dengan upaya para pemuka agama agar umat Islam melaksanakan ibadah sholat.
“Serius film kya gni bukannya nambah motivasi buat beribadah mlah yg ada bkin ga khusyuk sampe parno ngejalanin ibadah, toh kiblat juga arah sakral astagfirullah,” kata dia.
Baca juga: Film "Badarawuhi di Desa Penari" bakal tayang di Amerika
“Bukan masalah kuat iman atau ga, tp org jadi ke sugesti gara gara film begini,” keluh @moonarti**.
Beragam komentar negatif terus di peroleh film tersebut, sementara publik menunggu perilisan resmi film “Kiblat”. Info terkini, manajemen film Kiblat menarik sejumlah promosinya, meski tidak seluruhnya.
Kontroversi ini kemungkinan akan terus memicu pertanyaan tentang kebebasan dalam pembuatan judul film.
3. Eksploitasi Agama
KH Cholil Nafis, seorang ulama yang aktif di media sosial, memberikan pendapatnya terkait film Kiblat. Ia mengajak agar industri kreatif sebaiknya tidak menyinggung isu sensitif, seperti agama.
Dalam beberapa hal, ia mengatakan terkadang hal kontroversial dapat memicu perhatian masyarakat sehingga banyak orang penasaran, termasuk menonton film terkait.
Baca juga: Sidang Isbat penting untuk beri kepastian waktu
Baca juga: MUI segera luncurkan fatwa terkait kasus Al Zaytun
"Acapkali menggunakan promosi sensitif dan kontroversi agar menarik perhatian dan banyak penonton. Tapi klo menyinggung agama biasanya malah tak boleh ditonton. Seringkali reaksi keagamaan dimainkan oleh pebisnis utk meraup untung materi. Yg gini tak boleh dibiarkan harus dilawan," kata Cholil lewat cuitannya di X, Minggu.
Ia menyerukan pentingnya kesadaran umum, sebaik apapun karya tetapi jika tidak mengindahkan norma masyarakat maka sebaiknya ditinjau lagi.
"Saya tak tahu isi filmnya maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya seram ko’ judulnya kiblat ya. Saya buka2 arti kiblat hanya ka’bah, arah menghadap orang2 shalat. Klo ini benar sungguh film ini tak pantas dan kampanye hitam ajaran agama yg harus diturunkan dan tak boleh tayang," katanya.
Baca juga: Menparekraf apresiasi pencapaian film "Makmum 2"
Baca juga: Raup satu juta penonton di tengah pandemi, "Makmum 2" raih rekor MURI
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Alur cerita film garapan sutradara Boby Prasetyo ini bercerita mengenai Ainun (diperankan Yasmine Napper) yang ingin meneladani ayahnya seorang pemuka agama yang baru meninggal.
Untuk melakukan itu, ia mendatangi sebuah kampung tempat ayahnya memberi ajaran spiritual kepada warga. Seiring berjalannya waktu, ia menemukan sejumlah kejanggalan karena meski ayahnya dikenal sebagai ulama tetapi ajarannya tidak seperti lazimnya syariah Islam, bahkan bisa dikategorikan sesat.
Satu persatu kejadian mistis dan menyeramkan terjadi hingga ditemui sejumlah fakta yang tidak pernah Ainun duga sebelumnya.
Film ini juga dibintangi beberapa selebritis populer di Indonesia seperti Arbani Yasiz hingga YouTuber Ria Ricis.
Baca juga: Drama Korea "Chief Detective 1958" tayang perdana pada 19 April 2024
Baca juga: Provinsi Bengkulu segera wujudkan film Fatmawati Soekarno
Meski memiliki plot yang baik, film Kiblat memicu sejumlah kontroversi. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang pertentangan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Dianggap Mencemarkan Agama
Mengusung genre horor, film karya rumah produksi Leo Pictures ini memperoleh sorotan tajam dari masyarakat. Poster film yang diunggah dinilai tidak etis bagi agama Islam.
Hal itu termasuk dianggap film justru membuat orang takut untuk melakukan ibadah sholat karena alur ceritanya.
Gus Hilmi Firdausi, seorang dai dan penulis, meminta film Kiblat agar mempertimbangkan alur cerita. Horor sebaiknya memiliki arah yang menghibur sekaligus tidak bertentangan dengan tujuan mendidik.
Ia mencontohkan film Agak Laen. Meski mengusung genre horor, film tersebut sukses dan tidak memicu kontroversi karena memiliki cerita yang cenderung kreatif.
Di masa lampau, pernah ada film serupa Kiblat yang memiliki pertentangan. Pembuat film seharusnya belajar dari hal tersebut.
Baca juga: 10 film dan serial rekomendasi TikTokTainment Hub, nomor 7 Kung Fu Panda 4 paling populer
Baca juga: Film "Purun" dapat penghargaan di PayPal Melbourne Fashion Festival
"Dengan segala hormat kepada para produser film Indonesia, tolong hentikan membuat film horor seperti film Kiblat ini. Sama sekali tdk mendidik, bahkan membuat sebagian orang jadi takut sholat…dulu kejadian yg sama terjadi pada sekuel film makmum, khanzab dsj. Yuk bisa buat film dgn unsur religi yg lebih berkualitas, yg agak laen biar hasilnya juga agak laen kayak film agak laen ," kata Gus Hilmi lewat cuitan X/ Twitter yang dipantau Minggu.
2. Judul Kiblat Bermasalah
Warganet secara aktif berbagi pendapat tentang keputusan menggunakan kata “kiblat” yang dianggap sebagai acuan beribadah bagi umat Muslim sebagai judul film.
“Ketika duniawi adalah tujuan dari kehidupan. Mereka berlomba lomba mengejarnya dengan segala cara dan akhirnya terjebak dalam lingkaran ajaran sesat,” tulis @filmkiblat dalam unggahannya, Rabu (20/3).
Unggahan ini menuai banyak komentar negatif dari publik daring.
“Kiblat tu buat kita sholat bukan buat judul film,” ucap @as.aida** dalam unggahan media sosial film Kiblat.
Namun, netizen lainnya juga memberikan pendapat dengan pemikiran yang positif terhadap film tersebut.
Baca juga: Poster dan cuplikan film "Malam Pencabut Nyawa" dirilis
Baca juga: Agak Laen jadi film Indonesia pertama tayang di Amerika tahun ini
“Mungkin di balik flim itu ada hikma yg bisa di petik dan di ambil pelajaran terutama orang-orang yg msh malas menjalankan sholat,” kata @hijrah_hijria** menanggapi komentar @as.aida**.
Dalam platfrom media sosial lain seperti X (Twitter), poster film Kiblat juga menerima pertentangan dari berbagai warganet.
“boleh di laporin ga sih, sumpah sakit hati banget.”
“Padahal kiblat tuh identik sama Ka’bah,” lanjut @tanyarlf** yang juga memposting poster film Kiblat di X.
Pengguna X lain juga menyampaikan pendapat serupa terhadap film tersebut. Pemilik akun @gforc** mengkhawatirkan efek film Kiblat yang justru dapat kontradiktif dengan upaya para pemuka agama agar umat Islam melaksanakan ibadah sholat.
“Serius film kya gni bukannya nambah motivasi buat beribadah mlah yg ada bkin ga khusyuk sampe parno ngejalanin ibadah, toh kiblat juga arah sakral astagfirullah,” kata dia.
Baca juga: Film "Badarawuhi di Desa Penari" bakal tayang di Amerika
“Bukan masalah kuat iman atau ga, tp org jadi ke sugesti gara gara film begini,” keluh @moonarti**.
Beragam komentar negatif terus di peroleh film tersebut, sementara publik menunggu perilisan resmi film “Kiblat”. Info terkini, manajemen film Kiblat menarik sejumlah promosinya, meski tidak seluruhnya.
Kontroversi ini kemungkinan akan terus memicu pertanyaan tentang kebebasan dalam pembuatan judul film.
3. Eksploitasi Agama
KH Cholil Nafis, seorang ulama yang aktif di media sosial, memberikan pendapatnya terkait film Kiblat. Ia mengajak agar industri kreatif sebaiknya tidak menyinggung isu sensitif, seperti agama.
Dalam beberapa hal, ia mengatakan terkadang hal kontroversial dapat memicu perhatian masyarakat sehingga banyak orang penasaran, termasuk menonton film terkait.
Baca juga: Sidang Isbat penting untuk beri kepastian waktu
Baca juga: MUI segera luncurkan fatwa terkait kasus Al Zaytun
"Acapkali menggunakan promosi sensitif dan kontroversi agar menarik perhatian dan banyak penonton. Tapi klo menyinggung agama biasanya malah tak boleh ditonton. Seringkali reaksi keagamaan dimainkan oleh pebisnis utk meraup untung materi. Yg gini tak boleh dibiarkan harus dilawan," kata Cholil lewat cuitannya di X, Minggu.
Ia menyerukan pentingnya kesadaran umum, sebaik apapun karya tetapi jika tidak mengindahkan norma masyarakat maka sebaiknya ditinjau lagi.
"Saya tak tahu isi filmnya maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya seram ko’ judulnya kiblat ya. Saya buka2 arti kiblat hanya ka’bah, arah menghadap orang2 shalat. Klo ini benar sungguh film ini tak pantas dan kampanye hitam ajaran agama yg harus diturunkan dan tak boleh tayang," katanya.
Baca juga: Menparekraf apresiasi pencapaian film "Makmum 2"
Baca juga: Raup satu juta penonton di tengah pandemi, "Makmum 2" raih rekor MURI
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024