Palembang (ANTARA Bengkulu) - Sosok baik dalam dunia politik Indonesia dewasa ini sangat minoritas sehingga banyak oknum anggota dewan perwakilan yang tersangkut kasus korupsi dan suap, kata Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Dr Muhammad Nasih.

"Paradigma masyarakat kita yang berpikir bahwa politik itu kotor menjadi penyebab jumlah orang-orang baik di dunia politik sangat sedikit. Mereka yang baik dan pintar lebih suka ke profesi lain dibandingkan jadi politikus," ujar Nasih pada acara diskusi publik di Palembang, Sabtu.

Kondisi itu, kata dia, justru semakin memperburuk keadaan karena orang-orang yang tidak baik itu semakin nyaman duduk di kursi dewan kehormatan.

"Mereka tidak ada kompetitor sehingga semakin merajarela dengan berani melakukan suap dan korupsi. Padahal jika lebih banyak orang baik di sana maka hal itu tidak perlu terjadi, karena dalam agama Islam jelas mengatur bahwa haram menerima dan memberi suap," katanya.

Ia pun menghimbau, organisasi kepemudaan Islam seperti ICMI, HMI, PII, Pergerakan Pemuda Muhammadya dan NU untuk turun ke dunia politik dalam semangat membenahi bangsa Indonesia.

"Setiap ada kesempatan saya selalu mengatakan jika ada seorang pemuda yang memiliki kecerdasan intelektual dan spritual maka harus masuk politik, dengan catatan secara bersama-sama karena tidak mungkin melawan dengan seorang diri," ujar pengajar S2 Universitas Indonesia itu.

Kaum muda yang memiliki dedikasi tinggi terhadap bangsa dan negara sudah sepatutnya turun ke dunia politik.

"Politik sangat berpengaruh pada segala aspek kehidupan karena membuat kebijakan. Masalah duduk di kloset menghadap kemana pun bisa ditentukan oleh politik asalkan penentu kebijakan berpanduan kepada aturan Islam yang melarang menghadap ke barat dan ke Timur," ujar pendidik 33 tahun ini.

Ia mencontohkan, di Negara Turki yang penduduknya 97 persen Islam melarang menggunakan jilbab namun sejak tahun 1998 sudah diizinkan setelah presidennya berganti.

"Saat ini politik dijadikan jalan untuk mencari kekuasaan dan uang, berbeda dengan era Soekarno atau M Nasir karena memang masa itu orientasinya baik. Meski ada salah karena tujuannya baik maka lebih banyak bermanfaat bagi rakyat," ujarnya.

Harapan munculnya politikus berahlak itu pun direalisasikan Nasih dengan memberikan beasiswa kepada 20 siswa setiap tahun.

"Mereka saya haruskan terjun ke organisasi-organisasi untuk melatih kepemimpinan, setelah selesai harus mengikuti partai politik. Apa saja, karena semua partai baik yang terpenting paradigma mereka sudah terbentuk yakni ingin menjadi politisi baik," katanya. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012