Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa magnitudo M7,0 di wilayah Laut Sulawesi, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, akibat deformasi batuan lempeng Laut Filipina.
"Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dalam akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam slab Lempeng Laut Filipina yang tersubduksi ke bawah Pulau Mindanao," kata Daryono dalam rilis yang dibagikan dalam grup percakapan "BMKG dan Stakeholder" di Manado, Kamis.
Dari hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault).
Daryono mengatakan, gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera Tengah, Taliabu, Ternate, dan Talaud dengan skala intensitas II-III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan truk berlalu).
Sementara dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.
Dia menambahkan, hingga pukul 09:38 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).
Dia berharap, masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Masyarakat juga diharapkan memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggalnya tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.
"Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi," ajak Daryono.
Wilayah Laut Sulawesi, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara diguncang gempa tektonik pada Kamis, pukul 09:13 WIB.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa tersebut memiliki parameter magnitudo M7,0 berlokasi di laut pada jarak 371 kilometer arah barat laut Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe pada kedalaman 636 kilometer.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
"Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dalam akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam slab Lempeng Laut Filipina yang tersubduksi ke bawah Pulau Mindanao," kata Daryono dalam rilis yang dibagikan dalam grup percakapan "BMKG dan Stakeholder" di Manado, Kamis.
Dari hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault).
Daryono mengatakan, gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera Tengah, Taliabu, Ternate, dan Talaud dengan skala intensitas II-III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan truk berlalu).
Sementara dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.
Dia menambahkan, hingga pukul 09:38 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).
Dia berharap, masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Masyarakat juga diharapkan memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggalnya tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.
"Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi," ajak Daryono.
Wilayah Laut Sulawesi, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara diguncang gempa tektonik pada Kamis, pukul 09:13 WIB.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa tersebut memiliki parameter magnitudo M7,0 berlokasi di laut pada jarak 371 kilometer arah barat laut Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe pada kedalaman 636 kilometer.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024