Bengkulu (Antara-IPKB) - Tidak sedikit permasalahan penyebab melemahnya pelaksanaan program KB dalam beberapa dekade ini. Salah satu penyebab kondisi program tersebut adalah berkurangnya personel petugas dan penyuluh KB di tingkat desa. Terlebih dirasakan melemahnya program tersebut ditingkat perdesaan.

Kendati berkurangnya jumlah petugas penyuluh, namun masih ada strategi dan kiat dalam mempertahankan kejayaan program tersebut. Upaya mengembalikan gaung dan pelaksanaan KB perlu ditingkatkan edukasi kepada masyarakat di wilayah perdesaan, kata dr. Ali Manaf, salah seorang tenaga ahli bedah di Provinsi Bengkulu kepada wartawan usai melayani peserta KB medis operasi pria (MOP) di Bengkulu belum lama ini.

Ia mengatakan, sebagian besar masyarakat telah mengetahui KB, tapi tidak sedikit juga kurang memahami manfaat program secara utuh terutama dari aspek kesehatan reproduksi.

"Jika KB tingkatkan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) maka persoalan minimnya jumlah penyuluh tidak menjadikan program itu melemah," kata Ali Manaf.

Itu, dapat dilihat dengan masih adanya permintaan pasangan usia subur mendapati pelayanan dengan beberapa jenis kontrasepsi di klinik pemerintah dan swasta, kata Ali Manaf pemilik salah satu klinik swasta di Kota Bengkulu. 
Menurut dia, materi suluh program KB pada era ini, sarat dengan materi kekinian yang mengacu pada program kependudukan, KB dan pembangunan keluarga yang telah dituangkan dalam UU No.52/2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, ujarnya.

Dengan demikian maka program yang diamanatkan melalui BKKBN itu akan menyentuh seluruh lapisan masyarakat, baik keluarga mampu maupun miskin. 

"KB itu bukan hanya baik bagi keluarga miskin, karena KB itu dapat meningkatkan kesehatan reproduksi dan menekan kematian ibu dan bayi," ujar Ali Manaf, demikian Ali Manaf.

Kepala Perwakilan Badan kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu menambahkan, awal pelaksanaan program KB pada 1981. Angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) di Provinsi Bengkulu masih sebesar 6,7. Yang artinya rata-rata jumlah anak dilahirkan tiap wanita selama masa subur mencapai 6-7 orang.

Dengan gencarnya pemerintah melaksanakan  program  keluarga  berencana selama ini telah berhasil menekan kelahiran total yang amat berarti dalam pembangunan kependudukan, yakni dengan TFR 2,2.
Peningkatan  pemakaian  alat  dan  obat  kontrasepsi oleh masyarakat pasangan usia subur menjadikan pendukung utama atas hal tersebut.

Indikator  penting  dalam  program Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah prevalensi KB dan angka  fertilitas. 

Ia mengakui, upaya mengembalikan keberhasilan program KB perlu perkuat KIE terutama di wilayah perdesaan, wilayah terpencil, tertinggl dan perbatasan.

Informasi  mengenai  tingkat  pemakaian  kontrasepsi  (prevalensi  kontrasepsi)  penting untuk mengukur keberhasilan program Keluarga Berencana, pungkasnya.(rs)

Pewarta: Idris Chalik

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016