Jakarta (Antara) - Penelitian gabungan yang dilakukan oleh sejumlah universitas dan organsisasi lingkungan menyebutkan bahwa populasi harimau di dunia masih bisa diselamatkan dari ambang kepunahan dengan meningkatkan lanskap habitatnya di seluruh dunia.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, Nepal dan India melaporkan peningkatan populasi harimau masing-masing 62 dan 31 persen yang sebagian besar disebabkan oleh inisiatif konservasi seperti pemeliharaan lanskap lintas batas.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Minnesota, Resolve, Smithsonian Conservation Biology Institute, Rainforest Alliance, Stanford University, dan World Resources Institute (WRI) tersebut menunjukkan tingkat kehilangan hutan di habitat harimau lebih rendah dari yang diperkirakan.

Peneliti menyebut komitmen internasional untuk melipatgandakan populasi harimau hingga 2022 (inisiatif yang disebut sebagai "Tx2") dapat dicapai dengan tambahan investasi konservasi.

"Sangat luar biasa dan tidak disangka bahwa habitat harimau relatif terpelihara dengan baik selama kurun waktu 14 tahun. Hal ini bukan merupakan tanda bahwa habitat harimau berada dalam situasi aman, anmun menunjukkan bahwa harimau dapat kembali dari ambang kepunahan jika kita membuat pilihan pengelolaan hutan yang tepat. Kami telah melihat hasilnya di wilayah seperti batas natara Nepal dan india, di mana tutupan pohon pulih kembali dengan bantuan masyarakat dan populasi harimau meningkat tajam," kata peneliti dari Universitas Minnesota Anup Joshi.

Ia menegaskan populasi harimau dapat kembali dengan cepat ketika habitat dan mangsa bagi harimau tersedia luas dan perburuan dikontrol. Hingga saat ini populasi harimau di dunia kurang dari 3.500 ekor.

Namun habitat hutan global selama periode 2001-2014 hilang mendekati angka 8 persen atau 79.600 kilometer persegi di seluruh dunia. Lanskap hutan yang hilang dengan luasan tersebut diperkirakan dapat mendukung kehidupan sekitar 400 harimau.

Sebagian besar kehilangan hutan di habitat harimau tersebut terjadi di 10 lanskap yang seringkali disebabkan oleh konservasi hutan alami menjadi perkebunan untuk komoditas pertanian seperti kelapa sawit.

Untuk mencapai tujuan melipatgandakan populasi harimau pada 2022 atau Tx2 diperlukan kehadiran negara-negara di dunia dalam restorasi koridor-koridor utama antara bagian-bagian hutan yang tersisa, mengimplementasikan infrastruktur hijau untuk mencegah fragmentasi habitat, dan pemindahan dan pengenalan populasi harimau oleh pengelola konservasi.

Penelitian ini adalah yang pertama menginvestigasi perubahan tutupan pohon secara sistematis di seluruh 76 Lanskap Konservasi Harimau menggunakan data satelit resolusi tinggi dan menengah. ***4***

Pewarta:

Editor : Riski Maruto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016