Bengkulu (Antara) - Palang Merah Jepang atau "Japanese Red Cross Society" (JRCS) menyediakan anggaran Rp11 miliar untuk pengurangan risiko bencana gempa bumi dan tsunami di Provinsi Bengkulu.
Perwakilan JRCS di Indonesia, Awaludin di Bengkulu, Selasa mengatakan anggaran tersebut akan mendukung 90 kegiatan pengurangan risiko gempa dan tsunami di Kabupaten Seluma, Kaur, dan Kota Bengkulu.
"Kami bekerja sama dengan PMI Provinsi Bengkulu untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga menghadapi gempa bumi dan tsunami," kata Awaludin saat peluncuran program "Pengurangan Risiko Bencana Terpadu Berbasis Masyarakat" kerja sama PMI dan JRCS di Bengkulu.
Menurut dia, Bengkulu merupakan wilayah rawan bencana gempa bumi dan tsunami sebab lokasinya berada cincin api (ring of fire) yakni pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasific.
Pengalaman gempa besar yang melanda daerah ini yakni gempa berkekuatan 7,5 pada skala Richter pada 2000 dan gempa berskala 7,9 SR pada 2007 yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian material.
"Karena latar belakang itu maka Bengkulu menjadi sasaran program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat," tuturnya.
Program yang ditargetkan berlangsung selama empat tahun itu akan mengintervensi masyarakat di sembilan desa di tiga kabupaten dan kota tersebut.
Tidak hanya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gempa dan tsunami, sinergi antarpihak dan lembaga terkait dalam pengurangan risiko bencana juga menjadi capaian program tersebut.
Ada lima capaian utama program tersebut antara lain meningkatkan kapasitas sumber daya manusia PMI yan terlatih dan memiliki kemampuan melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana.
"Sumber daya manusia PMI Bengkulu yang terlatih secara otomatis dapat menguatkan kapasitas masyarakat untuk upaya pengurangan risiko bencana," ucapnya.
Kegiatan lainnya adalah membentuk tim siaga bencana berbasis masyarakat atau Sibat yang merupakan agen perubahan dalam pengurangan risiko bencana terpadu sehingga dapat menyebarluaskan pesan kebencanaan.
Wakil Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat membuka kegiatan tersebut mengatakan wilayah Bengkulu yang memiliki pesisir sepanjang 525 kilometer rawan bencana gempa dan tsunami.
"Karena itu kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gempa dan tsunami perlu terus ditingkatkan," imbuhnya.
Secara khusus, Rohidin menyampaikan terimakasih kepada masyarakat Jepang yang membantu warga Bengkulu untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
Perwakilan JRCS di Indonesia, Awaludin di Bengkulu, Selasa mengatakan anggaran tersebut akan mendukung 90 kegiatan pengurangan risiko gempa dan tsunami di Kabupaten Seluma, Kaur, dan Kota Bengkulu.
"Kami bekerja sama dengan PMI Provinsi Bengkulu untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga menghadapi gempa bumi dan tsunami," kata Awaludin saat peluncuran program "Pengurangan Risiko Bencana Terpadu Berbasis Masyarakat" kerja sama PMI dan JRCS di Bengkulu.
Menurut dia, Bengkulu merupakan wilayah rawan bencana gempa bumi dan tsunami sebab lokasinya berada cincin api (ring of fire) yakni pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasific.
Pengalaman gempa besar yang melanda daerah ini yakni gempa berkekuatan 7,5 pada skala Richter pada 2000 dan gempa berskala 7,9 SR pada 2007 yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian material.
"Karena latar belakang itu maka Bengkulu menjadi sasaran program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat," tuturnya.
Program yang ditargetkan berlangsung selama empat tahun itu akan mengintervensi masyarakat di sembilan desa di tiga kabupaten dan kota tersebut.
Tidak hanya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gempa dan tsunami, sinergi antarpihak dan lembaga terkait dalam pengurangan risiko bencana juga menjadi capaian program tersebut.
Ada lima capaian utama program tersebut antara lain meningkatkan kapasitas sumber daya manusia PMI yan terlatih dan memiliki kemampuan melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana.
"Sumber daya manusia PMI Bengkulu yang terlatih secara otomatis dapat menguatkan kapasitas masyarakat untuk upaya pengurangan risiko bencana," ucapnya.
Kegiatan lainnya adalah membentuk tim siaga bencana berbasis masyarakat atau Sibat yang merupakan agen perubahan dalam pengurangan risiko bencana terpadu sehingga dapat menyebarluaskan pesan kebencanaan.
Wakil Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat membuka kegiatan tersebut mengatakan wilayah Bengkulu yang memiliki pesisir sepanjang 525 kilometer rawan bencana gempa dan tsunami.
"Karena itu kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gempa dan tsunami perlu terus ditingkatkan," imbuhnya.
Secara khusus, Rohidin menyampaikan terimakasih kepada masyarakat Jepang yang membantu warga Bengkulu untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016