Bengkulu (Antara) - Direktur Yayasan Genesis Bengkulu, Barlian, menilai pembukaan hutan di hulu Sungai Nasal untuk berbagai kepentingan termasuk perkebunan skala besar turut memicu bencana banjir bandang yang melanda Desa Suku Tiga, Kabupaten Kaur, Bengkulu.
"Pembabatan hutan di hulu sungai menghilangkan daerah tangkapan air, maka saat hujan intensitas tinggi, air langsung lolos," kata Barlian di Bengkulu, Selasa.
Menurut dia, kondisi Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Kumbang di hulu Sungai Nasal sudah terbuka 60 persen dari 10 ribu hektare luas kawasan itu.
Pembukaan hutan menjadi perladangan liar dan permukiman masyarakat telah menghilangkan fungsi kawasan hutan sebagai daerah tangkapan air atau "catchment area".
Ditambah lagi keberadaan perkebunan kelapa sawit skala besar yang memiliki hak guna usaha seluas 10 ribu hektare membuat perubahan tutupan kawasan.
"Sebelumnya, petani di sana menanam karet yang masih berfungsi menahan air, tapi sudah diganti menjadi sawit," katanya.
Kawasan HPT Bukit Kumbang yang sudah terbuka, menurut Barlian, harus segera dipulihkan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah perhutanan sosial yang saat ini didorong oleh pemerintah.
Perhutanan sosial adalah pemberian akses pengelolaan kawasan hutan kepada masyarakat dengan skema hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat dan hutan desa.
"Pemerintah harus mengevaluasi izin hak guna usaha di kawasan hulu sungai agar bencana serupa tidak terjadi lagi sebab ada 130 sungai dan anak sungai di Bengkulu ini yang menjadi sumber bencana bila kondisi ekologisnya rusak," katanya.
Sebelumnya, sebanyak 720 orang warga Desa Suku Tiga terpaksa mengungsi akibat banjir bandang luapan Sungai Nasal yang menerjang desa mereka pada Senin (11/4) malam dan merusak puluhan rumah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kaur, Dihan Bastari mengatakan meski tidak menimbulkan korban jiwa, banjir bandang mengakibatkan 50 unit rumah rusak berat dan 83 rumah rusak ringan.
Tidak hanya Desa Suku Tiga di Kecamatan Nasal, dua desa lainnya di Kecamatan Maje yakni Desa BakalMakmur dan Tanjung Baru juga terdampak banjir dan mengakibatkan 45 rumah rusak ringan.
***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
"Pembabatan hutan di hulu sungai menghilangkan daerah tangkapan air, maka saat hujan intensitas tinggi, air langsung lolos," kata Barlian di Bengkulu, Selasa.
Menurut dia, kondisi Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Kumbang di hulu Sungai Nasal sudah terbuka 60 persen dari 10 ribu hektare luas kawasan itu.
Pembukaan hutan menjadi perladangan liar dan permukiman masyarakat telah menghilangkan fungsi kawasan hutan sebagai daerah tangkapan air atau "catchment area".
Ditambah lagi keberadaan perkebunan kelapa sawit skala besar yang memiliki hak guna usaha seluas 10 ribu hektare membuat perubahan tutupan kawasan.
"Sebelumnya, petani di sana menanam karet yang masih berfungsi menahan air, tapi sudah diganti menjadi sawit," katanya.
Kawasan HPT Bukit Kumbang yang sudah terbuka, menurut Barlian, harus segera dipulihkan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah perhutanan sosial yang saat ini didorong oleh pemerintah.
Perhutanan sosial adalah pemberian akses pengelolaan kawasan hutan kepada masyarakat dengan skema hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat dan hutan desa.
"Pemerintah harus mengevaluasi izin hak guna usaha di kawasan hulu sungai agar bencana serupa tidak terjadi lagi sebab ada 130 sungai dan anak sungai di Bengkulu ini yang menjadi sumber bencana bila kondisi ekologisnya rusak," katanya.
Sebelumnya, sebanyak 720 orang warga Desa Suku Tiga terpaksa mengungsi akibat banjir bandang luapan Sungai Nasal yang menerjang desa mereka pada Senin (11/4) malam dan merusak puluhan rumah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kaur, Dihan Bastari mengatakan meski tidak menimbulkan korban jiwa, banjir bandang mengakibatkan 50 unit rumah rusak berat dan 83 rumah rusak ringan.
Tidak hanya Desa Suku Tiga di Kecamatan Nasal, dua desa lainnya di Kecamatan Maje yakni Desa BakalMakmur dan Tanjung Baru juga terdampak banjir dan mengakibatkan 45 rumah rusak ringan.
***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016