Bengkulu (Antara) - Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti menargetkan provinsi yang dipimpinnya masuk dalam sistem listrik interkoneksi Sumatera sehingga kebutuhan daya bagi kepentingan masyarakat dan industri di wilayah ini terpenuhi.
"Saat ini Bengkulu baru masuk sistem interkoneksi dengan Sumatera Selatan, kami targetkan masuk interkoneksi Sumatera dengan menambah pembangkit," kata Ridwan di Bengkulu, Senin.
Gubernur menyampaikan hal itu saat menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara PT Tenaga Listrik Bengkulu dan PT Pelindo II tentang rencana pembangunan pembakit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.
Menurut Gubernur, keberadaan pembangkit listrik berdaya 200 megawatt itu akan menambah daya listrik guna memenuhi kebutuhan lokal dan selebihnya dapat dipasok ke daerah lain di Sumatera.
"Dengan penambahan daya listrik ini maka Bengkulu bisa masuk dalam interkoneksi Sumatera untuk menjamin kebutuhan listrik domestik," ucapnya.
Saat ini, kata Gubernur, Bengkulu membutuhkan daya listrik hingga 400 megawatt dan baru terpenuhi sebanyak 300 megawatt dengan pembangkit yang ada.
Dengan pembangunan PLTU di Pelabuhan Pulau Baai tersebut, diharapkan kebutuhan daya listrik bagi masyarakat di 10 kabupaten dan kota di wilayah ini terpenuhi.
Sementara Direktur Yayasan Kanopi Bengkulu, Ali Akbar menilai sudah saatnya pemerintah meninggalkan energi fosil batu bara dan beralih ke energi terbarukan.
"Bengkulu memiliki potensi panas bumi yang melimpah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi lokal," kata dia.
Menurutnya, sumber energi batu bara sudah saatnya ditinggalkan sebab temuan para pakar dari Universitas Harvard, Amerika Serikat menyatakan bahwa batu bara menghasilkan racun yang mematikan.
Dalam laporan para peneliti itu bahkan menyebutkan bahwa PLTU batu bara di Indonesia menyebabkan sekitar 6.500 jiwa kematian prematur setiap tahun.
"Selain itu sistem penambangan batu bara mayoritas sistem terbuka dan belum ada teknologi rehabilitasi yang dapat mengembalikan fungsi ekologis kawasan," kata mantan Direktur Walhi Bengkulu ini.
Lebih lanjut ia menyebutkan potensi panas bumi yang saat ini sedang dieksplorasi PT Pertamina Geothermal Energy di wilayah Kabupaten Lebong berdaya 75 MW dan di Kabupaten Rejanglebong memiliki daya 100 MW.
Dengan potensi daya tersebut, maka kebutuhan listrik domestik dapat terpenuhi tanpa mengandalkan batu bara yang tidak berkelanjutan.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
"Saat ini Bengkulu baru masuk sistem interkoneksi dengan Sumatera Selatan, kami targetkan masuk interkoneksi Sumatera dengan menambah pembangkit," kata Ridwan di Bengkulu, Senin.
Gubernur menyampaikan hal itu saat menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara PT Tenaga Listrik Bengkulu dan PT Pelindo II tentang rencana pembangunan pembakit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.
Menurut Gubernur, keberadaan pembangkit listrik berdaya 200 megawatt itu akan menambah daya listrik guna memenuhi kebutuhan lokal dan selebihnya dapat dipasok ke daerah lain di Sumatera.
"Dengan penambahan daya listrik ini maka Bengkulu bisa masuk dalam interkoneksi Sumatera untuk menjamin kebutuhan listrik domestik," ucapnya.
Saat ini, kata Gubernur, Bengkulu membutuhkan daya listrik hingga 400 megawatt dan baru terpenuhi sebanyak 300 megawatt dengan pembangkit yang ada.
Dengan pembangunan PLTU di Pelabuhan Pulau Baai tersebut, diharapkan kebutuhan daya listrik bagi masyarakat di 10 kabupaten dan kota di wilayah ini terpenuhi.
Sementara Direktur Yayasan Kanopi Bengkulu, Ali Akbar menilai sudah saatnya pemerintah meninggalkan energi fosil batu bara dan beralih ke energi terbarukan.
"Bengkulu memiliki potensi panas bumi yang melimpah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi lokal," kata dia.
Menurutnya, sumber energi batu bara sudah saatnya ditinggalkan sebab temuan para pakar dari Universitas Harvard, Amerika Serikat menyatakan bahwa batu bara menghasilkan racun yang mematikan.
Dalam laporan para peneliti itu bahkan menyebutkan bahwa PLTU batu bara di Indonesia menyebabkan sekitar 6.500 jiwa kematian prematur setiap tahun.
"Selain itu sistem penambangan batu bara mayoritas sistem terbuka dan belum ada teknologi rehabilitasi yang dapat mengembalikan fungsi ekologis kawasan," kata mantan Direktur Walhi Bengkulu ini.
Lebih lanjut ia menyebutkan potensi panas bumi yang saat ini sedang dieksplorasi PT Pertamina Geothermal Energy di wilayah Kabupaten Lebong berdaya 75 MW dan di Kabupaten Rejanglebong memiliki daya 100 MW.
Dengan potensi daya tersebut, maka kebutuhan listrik domestik dapat terpenuhi tanpa mengandalkan batu bara yang tidak berkelanjutan.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016