Mukomuko (Antara) - Warga di Desa Air Dikit, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, saat ini mengaku resah karena setiap tahun sepanjang sekira 12 meter daratan di wilayah tersebut berkurang akibat abrasi pantai.

"Dalam setahun abrasi mengurangi sepanjang 12 meter daratan, kalau tidak cepat ditangani desa ini bisa masuk laut," kata Kepala Desa Air Dikit Abu Raja, di Mukomuko, Rabu.

Ia menjelaskan, bukti nyata pinggir jalan di desa ini dulunya sangat jauh dari permukiman penduduk. Mungkin lelah berjalan kaki menuju ke arah pantai.

"Tetapi sekarang jarak pantai dengan permukiman penduduk sangat dekat," ujarnya.

Dengan kondisi tersebut, menurutnya, desa itu membutuhkan penambahan lahan untuk memperluas wilayah itu. Karena saat ini tidak ada lagi lahan di wilayah itu untuk pengembangan desa.

Sementara, katanya, jumlah penduduk di wilayah itu semakin bertambah sehingga membutuhkan lahan untuk tempat tinggal dan untuk lahan pertanian.

Menurutnya, terpaksa tanaman kelapa sawit warga di desa itu ditumbang untuk menambah luas wilayah itu.

"Apakah kebun sawit kami ditumbangkan untuk perkembangan desa. Kemana lagi tujuan warga menafkani keluarga kami," ujarnya.

Ia menyebutkan, letak wilayah itu terjepit karena sebelah utara berbatasan dengan kebun kelapa sawit PT Agromuko. Jarak kebun perusahaan itu sejauh 100 meter dari pemukiman penduduk.

Sebelah timur, katanya, berbatasan dengan Desa Pondok Lunang. Sedang Sebelah barat dengan laut sehingga desa menjadi terjepit.

Selanjutnya, ia minta, pemerintah membebaskan hutan konservasi dekat Danau Lebar untuk lahan garapan warga di desa itu.

"Hutan itu harapan warga untuk menghidupi anak cucu kami untuk masa sekarang sekarang dan masa yang akan datang," ujarnya. ***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016