Rejanglebong (Antara) - Petani kopi di Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, mengalami keterlambatan memanen hasil kebun mereka menyusul tingginya curah hujan di daerah itu.

"Seharusnya bulan Mei ini buah kopi sudah matang di pohon dan siap dipanen, tetapi sekarang terlambat karena proses pematangannya terhambat musim hujan," kata Adi Mulyana, seorang petani kopi di Kecamatan Sindang Dataran, Rabu.

Tingginya curah hujan yang turun di Kabupaten Rejanglebong, kata dia, selain telah memengaruhi pematangan buah di pohon juga memperlambat proses pengeringan buah yang sudah dipanen.

Jika sebelumnya buah yang sudah dipanen ini sudah bisa digiling setelah dijemur 3-4 hari namun saat ini bisa memakan waktu hingga satu minggu lebih.

Buah kopi yang belum masak ini, katanya, jika dipanen belum masak maka akan berpengaruh terhadap mutu buah yang dihasilkan terutama aromanya. Untuk itu para petani baru akan memanen kopi hingga buah tersebut benar-benar masak.

Hal yang sama diutarakan Effendi (33). Musim panen kopi kali ini dinilai terlambat dari jadwal pemanenan seperti tahun-tahun sebelumnya yang pada bulan Mei sudah mulai memanen buah dan memasuki Juni untuk proses penjemuran.

Sementara itu untuk harga jual kopi bijian di tingkatan petani, kata dia, saat ini masih stabil dan cenderung bertahan di kisaran Rp19.000-Rp20.000 per kg.

"Harga kopi ini sejak dua tahun ini masih bertahan antara Rp19.000 sampai Rp20.000 per kg. Harganya bertahan karena produksi buah kopi sedikit akibat perubahan iklim," katanya. ***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016