Profesor Perencanaan Kota dan Kebijakan Publik dari University of Southern California Marlon G. Boarnet menyatakan setidaknya dibutuhkan waktu antara 10-20 tahun untuk melihat dampak signifikan dari adanya transformasi pada transportasi publik di kota metropolitan.

Dalam skala wilayah metropolitan, menurut Marlon, diperlukan visi pembangunan dan pengembangan transportasi umum baru yang dilakukan secara berkelanjutan dalam waktu hingga 20 tahun.

“Ketika saya mengajar mahasiswa di sini, saya memberi tahu tentang sesuatu yang saya sebut two-decade rule. Argumen saya bahwa untuk benar-benar melihat transformasi transportasi yang bermakna, Anda memerlukan sekitar dua dekade dengan kebijakan dan aktivitas perencanaan yang berkelanjutan,” kata Marlon yang hadir secara virtual dalam webinar di Jakarta, Kamis.

Ia mencontohkan pengembangan transportasi umum di salah satu daerah yang dekat dengan Washington D.C., Amerika Serikat (AS), yakni Arlington County di negara bagian Virginia.

Ketika Washington D.C. merencanakan sistem kereta bawah tanah pada tahun 1960-an, Arlington County melihat peluang untuk memanfaatkan perencanaan tersebut untuk mengubah beberapa lingkungan menjadi apa yang disebut sebagai kawasan berorientasi transit (transit oriented development/TOD).

Setelah kereta bawah tanah Washington dibuka pada 1976, Marlon mengatakan bahwa saat itu Arlington County sangat berhati-hati untuk membangun koridor prioritas, sehingga dapat terhubung ke Washington. Pembangunan koridor mempertimbangkan tingkat kepadatan penduduk hingga akhirnya diikuti dengan pembangunan hunian 25 lantai yang kini telah dilengkapi area komersial di lingkungan sekitarnya.

“Itu adalah pembangunan berorientasi transit yang sangat matang dan penuh semangat. Tetapi, itu membutuhkan waktu sekitar dua dekade (untuk benar-benar melihat dampaknya),” ujar Marlon.

Akan tetapi, untuk kasus kota metropolitan seperti Jakarta, Marlon memandang pengembangan transportasi umum mungkin lebih cepat setidaknya satu dekade atau 10 tahun.

“Tetapi, pada dasarnya hal-hal seperti ini membutuhkan waktu yang lama, biasanya lebih lama dari rentang waktu jabatan pemimpin terpilih, dan itu salah satu tantangannya. Jadi, kalau saya simpulkan, mungkin antara 10-20 tahun,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Harya S. Dillon juga mengamini pendapat Marlon. Ia mencontohkan ide untuk pembangunan MRT sebenarnya sudah dipertimbangkan sejak tahun 1980-an, namun baru terealisasikan pada dekade sekarang.

Begitu pula yang terjadi pada pembangunan Transjakarta di era kepemimpinan Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tahun 2000-an. Setelah Transjakarta mulai beroperasi pada tahun 2004, muncul pertanyaan apakah gubernur berikutnya akan melanjutkan pengembangan Transjakarta atau tidak. Namun, akhirnya Transjakarta semakin berkembang hingga saat ini.

Kini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga tengah mengembangkan TOD. Harya mengatakan, pembangunan hunian vertikal atau apartemen yang terintegrasi dengan transportasi umum juga relatif berjalan cepat, karena sebagian besar lahan merupakan milik pemerintah.

Namun sayangnya, apartemen berbasis TOD tersebut masih mengakomodasi lahan parkir untuk kendaraan pribadi. Hal ini, menurut Harya, perlu ditinjau kembali secara kritis terhadap efektivitas konsep TOD. Untuk melihat dampak signifikan atas TOD, ia berharap waktu yang dibutuhkan lebih cepat dari dua dekade.

“Jadi, ini (TOD) sedang berkembang. Two-decade rule, saya kira dalam rentang sejarah, itulah yang diekspektasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tapi, mari kita lihat nanti. Saya berharap, untuk generasi muda dapat mengembangkannya lebih cepat dari generasi sebelumnya,” kata Harya.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024