Bengkulu (Antara) - Nelayan Kota Bengkulu mengharapkan perhatian dari pemerintah daerah baik provinsi maupun kota karena sudah satu bulan mereka tidak melaut akibat cuaca buruk.

Salah seorang nelayan, Tn Eri (46) di Bengkulu, Senin, mengatakan, dia bersama nelayan lain merupakan nelayan tradisional dengan kapal di bawah lima Gross tonage (GT) yang rentan dihantam gelombang jika memaksakan berlayar saat cuaca buruk.

"Sudah satu bulan ini laut sangat tidak aman untuk dilayari, kami butuh perhatian pemerintah sampai bisa kembali berlayar," kata dia.

Selama satu bulan ini, kata dia, terjadi hujan dengan intensitas tinggi, gelombang laut mencapai empat meter, disertai gelombang pasang. Saat ini tidak ada nelayan tradisional yang nekat melaut dengan cuaca seperti itu.

"Semuanya menambatkan kapal, ada lebih dari 50 kapal, otomatis kami tidak ada penghasilan," katanya.

Biasanya, sekali berangkat dirinya bisa mendapatkan sekitar Rp100-200 ribu per hari, namun karena cuaca buruk, Eri bersama nelayan lain tidak bisa beraktivitas, sementara mereka juga tidak memiliki keterampilan lain selain menangkap ikan.

"Cuaca seperti ini diperkirakan sampai bulan baru, jika kelihatan anak bulan nanti baru gelombang pasang ini reda, tetapi jika tidak terlihat anak bulan (bulan sabit) pada bulan baru, maka kejadian ini diperkirakan akan terjadi sampai Idul Adha nanti. Kami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya" katanya.

Sementara itu, pedagang ikan juga mengeluhkan minimnya stok ikan yang bisa dijual sementara permintaan dari masyarakat tetap seperti kondisi normal.

"Kami hanya menjual sarden saja, tongkol dan tuna terbatas. Akibatnya harga ikan naik sekitar Rp10.000 per kilogram dari harga normal," kata salah seorang pedagang yang berjualan di Sentra Ikan Pantai Zakat Kota Bengkulu, Efendi. ***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016