Rejanglebong (Antara) - Perkembangan harga jual kopi bijian di Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, sejak sepekan belakangan mengalami penurunan Rp1.000 per kg dari Rp19.000 menjadi Rp18.000.

Menurut keterangan Burman (38) petani kopi di Desa Air Apo, Kecamatan Padang Ulak Tanding, saat ini di wilayah itu sedang musim panen kopi serentak. Akibatnya harga jual kopi bijian mengalami penurunan.

"Sedang musim panen serentak sehingga harganya turun menjadi Rp18.000 dari Rp19.000 per kg sebelumnya. Harga ini merupakan harga jual kopi ditingkatan petani kepada pedagang penampung yang masuk ke desa kami," katanya.

Kendati terjadi penurunan harga kata dia, harga kopi ini terbilang masih tinggi dan harganya tidak pernah bergeser jauh sejak dua tahun belakangan.

Walaupun saat ini harga kopi di pasaran cukup tinggi, sebaliknya buah kopi yang dihasilkan malah berkurang akibat pengaruh musim. Bunga kopi yang ada di batang banyak yang rontok dan tidak jadi buah, hal ini akibat perubahan iklim yang terjadi sejak beberapa tahun belakangan.

Sementara itu ketua Balitbang Presedium Pemekaran Kabupaten Lembak Daeng Oktora, ditempat terpisah mengatakan untuk tujuh kecamatan di wilayah Lembak itu selama ini dikenal paling banyak menghasilkan kopi bijian.

"Dari tujuh kecamatan di wilayah Lembak ini setiap musim kopi tiba perharinya bisa menghasilkan ratusan ton kopi keringa, contohnya saja untuk Kecamatan Sindang Dataran perharinya kopi yang dikirim ke Lampung bisa mencapai 10 truk atau berkisar 70 ton," ujarnya.

Ke tujuh kecamatan di wilayah Lembak yang akan memisahkan diri dari Kabupaten Rejanglebong itu tambah dia, terdiri dari Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kota Padang, Binduriang, Sindang Beliti Ilir, Sindang Beliti Ulu, Sindang Dataran dan Kecamatan Sindang Kelingi. Ke tujuh kecamatan ini dikenal sebagai penghasil kopi dan juga gula aren atau gula batok yang dijual hingga ke Jawa. ***3***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016