Bengkulu (Antara) - Cuaca ekstrem berupa banjir rob yang melanda pesisir Bengkulu menjadi salah satu ancaman dalam pelestarian ekosistem mangrove di pesisir Pantai Barat Sumatera.

Koordinator Komunitas Mangrove Bengkulu, Riki Rahmansyah di Bengkulu, Selasa mengatakan banjir rob yang melanda pesisir Bengkulu dalam beberapa pekan terakhir membuat tumbuhan mangrove berusia tiga tahun yang ditanam di muara anak sungai Pondok Besi tumbang dan mati.

"Mangrove yang kami tanam dan rawat selama tiga tahun tumbang dan mati karena diterjang banjir rob," ucap Riki di muara Sungai Pondok Besi, Kota Bengkulu.

Ia mengatakan banjir rob atau yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi daratan membuat tanaman mangrove kecil tertimbun pasir dan sampah yang terbawa air laut.

Padahal kata dia, tanaman mangrove usia tiga tahun sudah memiliki harapan tumbuh yang tinggi yang dapat membentuk ekosistem baru di muara anak sungai tersebut.

"Seharusnya hanya perlu merawat dua tahun lagi dan dipastikan ekosistem baru di wilayah itu akan terbentuk selama tidak ada gangguan eksternal," ujarnya.

Selain di muara anak Sungai Pondokbesi, banjir rob yang menerjang pesisir Bengkulu juga membuat mangrove yang ditanam di Muara Sungai Jenggalu tertimbun pasir dan tanah dan sebagian tercabut dari akarnya.

Riki mengatakan cuaca ekstrem tersebut tidak akan menyurutkan semangat anggota komunitas itu untuk merehabilitasi ekosistem mangrove di pesisir Kota Bengkulu.

"Kami akan tanam ulang, khususnya di muara Sungai Jenggalu yang kerusakannya cukup parah karena usia tumbuhan baru satu tahun," kata dia.

Riki menambahkan bahwa ekosistem mangrove seyogyanya berfungsi sebagai sabuk pengaman daratan dari cuaca ekstrem, termasuk banjir rob.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016