Peneliti Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyebutkan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Los Angeles California Amerika Serikat merupakan sebuah fenomena anomali.
Dalam pernyataan di akun media sosial X pribadinya yang dikutip di Jakarta Sabtu, Erma menjelaskan fenomena kebakaran hutan dan lahan yang menyebar hingga ke area seluas lebih dari 117,3 km persegi itu biasanya terjadi secara alamiah, yang dipicu oleh hembusan Angin "Santa Ana".
Angin Santa Ana memiliki sifat kering dan dapat membakar dedaunan kering ketika angin tersebut berembus.
"Hanya, normalnya Santa Ana yang dibangkitkan dari sistem tekanan tinggi di California ini seharusnya terjadi saat summer -musim panas-. Jika Santa Ana terjadi pada saat winter -musim dingin- seperti Januari saat ini, maka ini benar-benar anomali bahkan penyimpangan iklim," katanya.
Erma menjelaskan, Angin Santa Ana berkecepatan hingga 50 km/jam terbentuk karena sistem tekanan tinggi di hutan dan tekanan rendah yang terpusat di Los Angeles.
Ia memaparkan, Angin Santa Ana pada umumnya biasa terjadi dari area utara Great Basin, yang merupakan dataran luas gurun yang membawa sifat angin yang panas dan kering.
"Meski winter -musim dingin-, suhu capai 27C -derajat celsius- di hutan Angeles menandakan titik-titik api telah terbentuk," ungkapnya.
Diketahui, kebakaran hutan dan lahan yang dahsyat berkobar di wilayah Greater Los Angeles sejak Selasa (7/1) dan memaksa hampir 180.000 warga meninggalkan rumah mereka.
Perusahaan media AccuWeather mengatakan perkiraan awal mengenai dampak kerusakan dan kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di California mencapai antara 52 miliar dan 57 miliar dolar AS (sekitar Rp841,98 triliun hingga Rp922,94 triliun).
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2025