Bengkulu (Antara) - Balai Sungai Sumatera VII Bengkulu menyebutkan sepanjang 47 kilometer pesisir Bengkulu dalam kondisi kritis dan mendesak untuk ditangani dengan membangun penahan gelombang.

"Ada sepanjang 47 kilometer yang kondisinya kritis, sementara yang tertangani baru 22 kilometer karena keterbatasan anggaran," kata Kepala Seksi Pelaksanaan Balai Sungai Sumatera VII Bengkulu Ahmad Sulaiman di Bengkulu, Senin.

Ia mengatakan pesisir Bengkulu sepanjang 525 kilometer berhadapan langsung dengan gelombang tinggi Samudera Hindia.

Dari panjang pesisir yang menghubungkan Bengkulu dengan Provinsi Lampung hingga Sumatera Barat itu, terdapat 47 kilometer dalam kondisi kritis.

"Kritis artinya abrasi yang terjadi di pesisir itu mengancam kehidupan masyarakat atau fasilitas umum seperti jalan nasional," ucapnya.

Sejumlah titik kritis tersebut kata Ahmad terdapat di wilayah Desa Air Punggur dan Ipuh Kabupaten Mukomuko, Pantai Panjang Kota Bengkulu, Pantai Maras di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Selanjutnya Pantai Hili, Pantai Linau dan Pantai Maje di Kabupaten Kaur yang berbatasan dengan Provinsi Lampung.

"Ada juga titik kritis di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara yakni Pantai Pasar Palik dan Urai-Serangai, tapi jalur itu sudah menjadi jalan provinsi," ujarnya.

Untuk menanggulangi abrasi di tiga titik itu, pihaknya mengimbau Pemerintah Provinsi Bengkulu mengusulkan pembangunan penahan gelombang ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Ahmad menambahkan pada tahun anggaran 2016 pihaknya melanjutkan penanganan titik abrasi yang mengancam jalur lintas barat yang menghubungkan Provinsi Bengkulu dengan Sumatera Barat di Kabupaten Mukomuko.

"Tahun ini juga ada pekerjaan pembangunan penahan gelombang di Pantai Hili, Kabupaten Kaur," katanya.***1***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016