Mukomuko (Antara) - Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menyebutkan produksi getah karet petani di daerah itu selama sebulan terakhir mengalami penurunan rata-rata sebesar 50 persen.

"Produksi getah karet petani turun karena pengaruh musim hujan melanda daerah ini. Musim hujan membuat petani jarang menyadap getah karetnya," kata Kasi Budi Daya Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Sudianto, di Mukomuko, Rabu.

Ia menyebutkan, biasa dalam satu hektare lahan perkebunan karet unggul dapat menghasilkan 500 hingga 600 kilogram per 25 hari, kini hanya menghasilkan sebanyak 200 hingga 300 kilogram getah karet.

Menurut dia, produksi getah karet turun bukan karena kondisi tanaman karet mengalami daun gugur, tetapi petani setempat jarang yang menyadap getah karet selama musim hujan sekarang ini.

"Saat musim hujan sekarang ini petani jarang menyadap getah karetnya sehingga menurunkan produksi getah karet petani setempat," ujarnya.

Kendati demikian, katanya, petani saat ini sedang semangat menyadap getah karet karena harga jual getah karet bersih tinggi, yakni sebesar Rp10.000 per kilogram di wilayah Kecamatan Ipuh.

Sedangkan, lanjutnya, harga getah karet bersih milik petani di Kecamatan Kota Mukomuko sebesar Rp9.000 per kg.

"Harga getah karet di Kecamatan Ipuh lebih tinggi karena petani di sana menggunakan bibit unggul, sedangkan petani di Kecamatan Kota Mukomuko menggunakan bibit karet asalan," ujarnya.

Ia berharap, harge getah karet tersebut dapat bertahan sampai beberapa bulan kedepan. Karena kenaikan harga getah karet tersebut berdampak untuk meningkatkan kesejahteraan petani setempat.

Menurutnya, harga getah karet bersih sebesar itu dapat digunakan untuk biaya operasional dan pemeliharaan tanaman karet.

Kalau harganya sebesar itu, menurutnya, selain untuk biaya operasional dan pemeliharaan tanaman karet, termasuk untuk biaya makan keluarga dan biaya pendidikan anak-anak.***3***

Pewarta: Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017