Bengkulu (Antara) - Petani hortikultura di Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu, mengkhawatirkan dampak proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, terutama debu pembakaran batu bara yang mengancam tanaman muda di pesisir Bengkulu itu.

"Kalau angin mengarah ke Teluk Sepang maka debu pembakaran batu bara akan menempel di tanaman palawija, bisa mati," kata Andi, petani hortikultura Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu, Jumat.

Menurut dia, jarak lokasi pembangunan pembangkit listrik di kompleks Pelabuhan Pulau Baai itu hanya 4 kilometer dari areal pertanian warga.

Debu pembakaran batu bara menurut dia bisa menutupi daun tanaman sehingga tidak berkembang dengan baik.

"Kami mendapat informasi dari beberapa warga yang pernah bekerja di PLTU batu bara tentang dampak debu dan asap bagi tanaman di sekitar pabrik," ucapnya.

Kelurahan Teluk Sepang merupakan salah satu sentra pertanian hortikultura dan tanaman keras, terutama sawit yang terdapat di pesisir Kota Bengkulu.

Agus, petani hortikultura lainnya menyebutkan beberapa jenis tanaman hortikultura yang dikembangkan petani setempat antara lain cabai, tomat, mentimun, kacang panjang dan buah melon.

"Hidup kami bergantung dari pertanian hortikultura ini. Kami harapkan debu PLTU tidak akan mengganggu kegiatan kami bertani," ucapnya.

Pembangunan PLTU batu bara oleh PT Tenaga Listrik Bengkulu berkapasitas 2 x 100 Megawatt (MW) di Kelurahan Teluk Sepang direncanakan oleh investor asal Tiongkok.

Pembangkit tersebut membutuhkan 1 juta ton batu bara per tahun dengan rencana produksi listrik mulai pada 2020.***1***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017