Mukomuko (Antara) - Produktivitas getah karet di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, terutama yang dikelola rakyat sangat rendah karena petani menggunakan bibit karet asalan.

"Setiap 23 hari produksi getah karet rakyat rata-rata 150 kilogram per hektare, jauh lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas getah karet petani yang menggunakan bibit karet unggul sebesar 300 kilogram per hektare," kata Kabag Ekonomi dan Penanaman Modal Mukomuko, Sunandi di Mukomuko, Selasa.

Selain itu, ia mengatakan, kualitas getah karet petani setempat lebih buruk dibandingkan dengan getah karet petani yang menggunakan bibit tanaman karet unggul.

Ia menjelaskan, getah karet yang dihasilkan dari tanaman karet unggul lebih lentur dibandingkan dengan getah karet yang dihasilkan oleh petani setempat.

Kendati demikian, menurutnya, harga jual getah karet petani setempat yang menggunakan bibit tanaman karet unggul dengan karet asalan sama, yakni sebesar Rp11.500 per kg.

Namun, katanya, pendapatan petani kebun karet yang menggunakan bibit sawit unggul lebih besar karena produktivitas getah karet lebih banyak.

"Meskipun harganya sama tetapi produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan karet yang menggunakan bibit karet asalan," ujarnya.

Ia menilai, harga getah karet unggul dengan getah karet asalan sama karena ada permainan pedagang pengumpul yang mencampurnya sebelum dijual ke pabrik.***3***

Pewarta: Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017