Mukomuko (Antara) - Seluas 15 hektare lahan perkebunan karet milik petani di Desa Sungai Lintang, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit selama beberapa tahun terakhir.

"Dari seluas 15 hektare kebun karet di desa ini, hanya tersisa tiga hektare lagi, karena pohon karet ditebang dan lahannya ditanami kelapa sawit," kata Petani karet dari Desa Sungai Lintang, Kecamatan V Koto, Gito, di Mukomuko, Minggu.

Ia mengatakan, mayoritas petani karet di wilayah itu mengalihfungsikan lahan perkebunan karet menjadi sawit karena harga getah hasil sadapan petani rendah, yakni dibawah harga Rp10.000 per Kg.

Selain itu, katanya, biaya yang harus dikeluarkan oleh petani karet ini terlalu tinggi, yakni untuk membayar upah buruh harian lepas yang menyadap karet.

"Petani di sini tidak ada yang sanggup menyadap getah karet di atas lahan seluas dua hingga hektare per hari. Mereka hanya mampu menyadap getah karet di lahan seluas satu hektare," ujar dia.

Selain itu, petani karet jarang yang menghadiri berbagai yang digelar oleh masyarakat di desa karena setiap hari menyadap karet.

Menurut dia, berbeda dengan masa panen tanaman kelapa sawit selama 15 hari sekali sehingga tidak menganggu pemiliknya mengikuti berbagai acara di desa.

Selain itu, katanya, meskipun ada atau tidak acara di desa ini, tetapi tanaman kelapa sawit tetap berbuah.***3***

Pewarta: Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017