Rejang Lebong (Antara) - Sebagian besar petani padi di kawasan Talang Benih, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, saat ini tidak memiliki lahan pertanian sendiri dan bergantung dengan lahan sewaan.

Menurut Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Serumpun Kelurahan Talang Benih, Kecamatan Curup, Sugianto, saat ditemui Senin, 75 persen petani di daerah itu saat ini adalah petani penggarap, sedangkan sisanya adalah petani murni.

"75 persen petani di sini adalah petani penggarap, mereka tidak memiliki lahan pertanian sendiri dan hanya bertahan dari mengolah lahan milik orang lain," katanya.

Kalangan petani di Kelurahan Talang Benih, kata dia, berjumlah lebih kurang 150 orang yang tergabung dalam 15 kelompok tani. Mereka ini menggarap lahan milik para tuan tanah yang sebagian besar menetap diluar kelurahan yang dikenal sebagai penghasil beras di wilayah itu serta ada juga pemilik lahannya berdiam di Jakarta.

Lahan pertanian itu awalnya adalah milik warga setempat. Namun seiring dengan kemajuan zaman lahan ini kemudian beralih tangan karena dijual kepada orang lainnya.

Harga jual tanah di daerah itu terbilang cukup mahal sehingga mereka bisa membeli lahan ditempat lain dari hasil menjual tanah itu.

Kalangan petani penggarap di daerah itu tidak bisa mengembangkan diri dan hanya bertahan dari usaha itu saja. Lahan yang mereka garap disewa dengan cara bagi hasil (50:50) dan untuk permodalan usaha sepenuhnya ditanggung penggarap.

Gapoktan Serumpun sejak 2012 mendapat bantuan program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) dari Kementerian Pertanian yang bisa dipinjam untuk modal usaha dan baru dikembalikan setelah musim panen. Petani ini tidak bisa meminjam kredit KUR dari bank karena tidak memiliki sertifikat lahan untuk jaminannya.

Sementara itu, menurut Dahlan (77), seorang petani di Kelurahan Talang Benih mengatakan, sudah menjadi penggarap sejak 1961 dan sampai saat ini belum memiliki lahan pertanian sendiri.

"Kami cuma bisa jadi penggarap saja karena tidak bisa membeli sawah sendiri. Dulunya sawah yang kami olah ini masih semak belukar, kemudian kami garap dan dijadikan sawah. Selama menggarap sawah ini sudah beberapa kali berganti pemilik karena dijual kepada orang lain," ujarnya. ***3***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017