Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia memprediksi inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2017 berkisar 6,8 persen (year on year), angka tersebut sebagian besar didorong akibat meningkatnya konsumsi masyarakat pada Ramadhan.

"Ini menjadi fenomena setiap tahunnya, memang ada kenaikan inflasi karena Ramadhan, tapi kami menilai masih dalam kondisi wajar," kata Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bengkulu Christin Sidabutar di Bengkulu, Jumat.

Walaupun pada triwulan II mengalami inflasi yang cukup tinggi, tetapi BI masih meyakini bahwa angka sepanjang tahun masih sesuai dengan proyeksi yakni pada 5,2 persen (yoy).

"Kalau target nasional memang empat plus minus satu, kita masih dekat rentang tersebut," kata dia.

Untuk menjaga inflasi tidak melonjak tinggi pada Ramadhan, BI merekomendasikan sejumlah program pengendalian ke TPID Bengkulu. Yang paling penting yakni menjaga pasokan dan stabilisasi harga bahan pokok.

Terutama pada 14 hari menjelang lebaran, biasanya lonjakan permintaan bahan pokok tercatat pada periode tersebut.

"Memang sekarang di Bengkulu sudah ada beberapa bazar murah, tapi perlu intervensi lebih besar pada 14 hari jelang Ramadhan," kata Christin.

Dengan memastikan pasokan komoditas yang harganya dikontrol pemerintah, menurut dia, dapat menekan potensi pedagang nakal yang memainkan harga menjelang lebaran.

Selain itu, BI juga merekomendasikan peningkatan intensitas sosialisasi agar masyarakat cermat berbelanja sesuai kebutuhan, tidak berbelanja secara berlebihan apalagi sampai menimbun pasokan komoditas. ***3***

Pewarta: Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017