Mukomuko (Antara) - Mayoritas nelayan di Desa Pasar Bantal, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menangkap ikan di perairan laut di wilayah tersebut menggunakan "trawl" atau pukat harimau.

"Dari sebanyak 193 kapal nelayan di wilayah ini, mayoritas nelayan menggunakan pukat tersebut," kata Kepala Desa Pasar Bantal Unsani didampingi Kades Nelan Indah Hendri Kustrianto dan Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Mukomuko Rahmad Hidayat di Mukomuko, Rabu.

Ia mengatakan nelayan di wilayahnya tidak rutin menangkap ikan menggunakan pukat itu. Kadang-kadang nelayan setempat menangkap ikan menggunakan jaring.

Ia mengatakan pada musim ikan jenis tertentu, nelayan di wilayahnya menangkap ikan menggunakan alat tangkap ikan jenis jaring.

Ia menyatakan nelayan di wilayahnya sudah mengetahui larangan menggunakan pukat tersebut, tetapi nelayan tidak bisa sekaligus mengganti pukatnya itu.

"Kalau secara hukum memang tidak boleh, tetapi untuk menggantinya tidak seperti membalikkan telapak tangan karena pengunaan pukat itu turun temurun," ujarnya.

Ia mengatakan harapan nelayan dari berbagai konflik antarnelayan dua wilayah di daerah itu, pihak pemerintah memikirkan apa yang harus dilakukan untuk mencegah konflik ini.

Ia mengatakan apakah solusinya dengan cara mengganti seluruh alat tangkap milik nelayan di wilayah tersebut.

Ia menyebutkan setiap kapal nelayan di wilayahnya membutuhkan sebanyak 30 piece jaring dari sebanyak 193 kapal.

Lebih lanjut ia menyatakan pihaknya tidak bisa memastikan sampai kapan nelayan setempat menggunakan pukat ini karena nelayan di wilayah itu nyaman menggunakan pukat tersebut.

Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mukomuko Rahmad Hidayat mengatakan nelayan di wilayah itu menggunakan alat tangkap yang tidak melanggar ketika musim ikan jenis tertentu.

"Kalau musim ikan tongkol, nelayan di wilayah tersebut menggunakan alat pancing," ujarnya.***1***

Pewarta: Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017