Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Koordinator Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Bengkulu Nurkholis Sastro mengatakan perlu solusi konkrit untuk mengatasi tingginya konflik manusia dengan harimau di Provinsi Bengkulu.

"Dalam 1,5 bulan terakhir telah terjadi tiga kasus kemunculan harimau di sekitar permukiman warga di Kabupaten Lebong, ini cuku tinggi," katanya di Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan hal itu terkait kemunculan seekor harimau Sumatra (Phantera tigris Sumatrae) di sekitar Desa Gunung Alam Kecamatan Pelabai Kabupaten Lebong pada Kamis (5/7) malam dan muncul kembali Jumat (6/7) sore sekitar pukul 15.00 WIB.

Sepekan sebelumnya, harimau juga muncul di sekitar Desa Suka Datang yang berdampingan langsung dengan Desa Gunung Alam.

Menurutnya, beberapa waktu lalu juga warga melaporkan kemunculan harimau di Desa Ladang Palembang, Kecamatan Lebong Utara.

Dalam setiap kasus kata dia, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu tetap melakukan tanggap darurat yakni meredakan konflik.

"Tapi itu sifatnya jangka pendek, perlu disusun strategi jangka panjang agar konflik tidak semakin tinggi," tambahnya.

Menurutnya, khusus di Kabupaten Lebong, terputusnya hutan koridor dari Hutan Lindung Bukit Gedang menuju Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) menjadi salah satu pemicu tingginya konflik satwa liar di wilayah tersebut.

Untuk mengatasi ini kata dia tidak cukup hanya mengandalkan BKSDA, tapi peru dukungan dari pemerintah daerah sebagai pengelolan kawasan hutan lindung.

"Kami mendesak pemerintah kabupaten dan provinsi agar menyusun peta penyelesaian konflik manusia dengan harimau di Lebong, sebelum jatuh korban jiwa," katanya.

Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Bengkulu Darwis Saragih mengatakan sudah menurunkan tim tanggap darurat ke lokasi untuk mengambil tindakan.

"Dua orang tim kami sudah di lapangan untuk mengambil tindakan. Kebetulan desa itu berbatasan dengan Desa Suka Datang yang juga didatangai harimau sepekan lalu," katanya.

Ia menduga harimau itu adalah harimau yang sama yang muncul di sekitar permukiman warga Desa Suka Datang dan sudah memangsa seekor ternak sapi milik warga.

Menurutnya, habitat yang terganggu menjadi salah satu faktor pemicu tingginya konflik antara harimau dan manusia di Lebong.

"Selama Juni hingga minggu pertama Juli kami sudah menerima empat laporan konflik dan tim selalu diturunkan secepatnya ke lapangan untuk menghindari jatuhnya korban manusia maupun harimau," katanya. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012