Media sosial curi ruang publik jurnalisme tradisional

Kamis, 12 Juli 2012 12:14 WIB

Jakarta (ANTARA Bengkulu) - Media sosial memengaruhi hidup mati jurnalisme tradisional, karena 2/3 pengguna internet dunia mengunjungi sosial media dan melupakan media tradisional, kata seorang pakar.

"Media sosial mencuri ruang publik yang sebelumnya menjadi jatah media tradisional," ujar Wakil Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA Akhmad Kusaeni pada Seminar Nasional Media Literasi pada Era Digital yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, 51 persen orang berusia 18 hingga 24 tahun percaya bahwa sosial media lebih cepat menyajikan berita terkini di dunia daripada media tradisional.

Namun, Akhmad mengatakan bahwa "hukum besi" antara media sosial dan media tradisional berbeda.

"Media sosial hanya menyajikan rumor, media tradisional menyampaikan kebenaran melalui konfirmasi, verifikasi dan investigasi," ujar Akhmad.

Berita adalah informasi yang diolah dengan semangat dan keterampilan profesionalisme wartawan dengan tujuan mengabdi kepada publik dan kemanusiaan.

"Apabila media tradisional mempertahankan kebenaran tersebut, maka mereka akan tetap hidup, karena pengguna sosial media akan tetap mencari kebenaran melalui media tradisional," ujar Akhmad.

Senada dengan Ahmad, Enda Nasution dari Saling Silang menyebutkan bahwa masyarakat tetap membutuhkan informasi terkonfirnasi yang selama ini menjadi wilayah jurnalisme tradisional.(ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012

Terkait
Terpopuler