Siapa yang tak mengenal kain batik. Bahkan, namanya sudah membahana dan telah disahkan sebagai salah satu warisan dunia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa. Namun, siapa yang mengenal kain besurek?

Tentu kita juga mengenalnya, khususnya warga Provinsi Bengkulu dan sekitarnya. Namun batik besurek belum cukup mendapat tempat di pecinta kain Nusantara, layaknya batik Solo ataupun batik Pekalongan.

Kain besurek diperkirakan sudah ada sejak abad ke 16, terutama saat Islam mulai masuk ke wilayah Bengkulu. Besurek merupakan bahasa daerah yang berarti bersurat atau mengandung tulisan khususnya aksara arab.

Kain besurek ditandai adanya beberapa huruf arab yang dilukis berdampingan dengan bunga rafflesia. Kain tradisional ini pada awalnya hanya digunakan pada acara pernikahan masyarakat di daerah Bengkulu. Seiring dengan perkembangan jaman, kain ini juga dikenakan oleh tokoh masyarakat dalam kegiatan tertentu, tidak hanya terpaku pada hajatan pernikahan.

Kini kain besurek sudah menjadi ikon Provinsi Bengkulu. Kain batik ini mulai jua dikenal luas di Indonesia karena gencarnya promosi yang dilakukan oleh pemerintah, masyatakat atau pengusaha yang bekecimpung di bidang itu.

Berbagai pameran diikuti untuk lebih mengenalkan kain besurek. Besurek adalah kain batik bermotif bunga rafflesia dengan dipadukan huruf arab yang tidak bermakna.

Baru-baru ini, kain besurek yang memiliki keunikanan khas dan jarang dijumpai pada batik-batik lain di berbagai daerah mencuri perhatian pengunjung pameran di Jogja Expo Center pada 25-29 Oktober 2017. 

Hal itu diakui salah satu anggota Peguyuban Batik Sekar Jagad Ahmad Tohari saat bertandang ke stan pameran Kain Besurek Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu, di Festival Jogja Kota Batik Dunia itu.

"Besurek adalah batik yang istimewa, keunikannya ada di kaligrafi arabnya," ujar Tohari sambil melihat koleksi kain besurek.

Selain itu, Tohari juga menyarankan, agar kain besurek lebih menawan maka perlu ada sentuhan dari para desainer, sehingga bisa dikombinasikan dengan ornamen-ornamen khas Bengkulu lainnya. "Perlu sentuhan desainer sehinggga Batik Besurek makin berkembang dan diminati oleh masyarakat seluruh Indonesia,” tambah Tohari.

Hal serupa juga dikemukakan istri Kepala Dinas Perindustrian dan Pedagangan Yogyakarta, Rini Dewi Budi Antono. Menurutnya, kain besurek memiliki corak yang khas khususnya kaligrafi arabnya. "Motifnya asik, menarik, interesnya ada, memiliki khas tersendiri," ujar Rini yang mengaku baru pertama melihat kain khas Bengkulu tersebut.

Pengrajin batik besurek dituntut lebih kreatif untuk menciptakan motif baru sehingga masyarakat tidak bosan dan bangga menggunakan kain tersebut.

Rini mengucapkan terima kasih pada pemerintah Provinsi Bengkulu, atas partisipasinya dalam iven bertajuk "Batik To The Moon" tersebut.

Melihat antusias pengunjung, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Bengkulu, Derta Wahyulin RM, mengaku akan terus mendukung pengembangan kain Besurek.

“Saya sangat mendukung dan semoga penggembangan kain besurek lebih baik lagi mutunya, motif lebih terarah lagi, kita upayakan bikin pelatihan-pelatihan untuk pengrajin biar lebih baik lagi," tambahnya.

Dalam pameran itu, istri Wakil Gubernur DIY Paku Alam X sangat tertarik dengan kain besurek, bahkan beliau membeli beberapa lembar kain besurek khas Bengkulu tersebut.


Seragam batik

Untuk lebih membumikan batik besurek, khususnya di wilayah Provinsi Bengkulu, perlu dukungan pemerintah setempat. Misalnya dengan menelorkan kebijakan agar setiap pegawai instansi pemerintah maupun swasta di daerah ini agar mengenakan seragam batik besurek seminggu sekali.

Mungkin sebagian instansi sudah menerapkan hal ini tanpa paksaan, namun untuk sesuatu yang dianggap baik dan bisa menjaga nilai tradisi dapat dilakukan dengan cara memaksa. 

Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mempopulerkan batik besurek. Semoga "surek-surek" Bengkulu bisa lebih terbaca di masyarakat nasional, bahkan internasional. Sehingga, bukan hanya citra negatif Provinsi Bengkulu yang terbaca secara luas, seperti beberapa tahun belakangan.


Pewarta: Riski Maruto

Editor : Riski Maruto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017