Sebab saat ini batik khususnya batik besurek lebih diterima di kalangan remaja, meskipun proses pembuatan batik besurek tersebut masih dilakukan secara manual.
Salah satu perajin batik besurek di Kota Bengkulu, Doni Roesmandani di Bengkulu, Sabtu, mengatakan bahwa dirinya tetap banyak pesanan meskipun di tengah pandemi COVID-19.
Selain itu, dirinya memproduksi batik besurek masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan cara batik tulis yang memilik tingkat kesulitan yang tinggi serta memiliki warna yang lebih eksklusif.
Untuk harga batik besurek miliknya di jual mulai dari Rp200 ribu hingga Rp2,5 juta per kain, tergantung dengan tingkat kesulitan produksi.
Lanjut Doni, batik besurek hasil produksinya telah dijual ke berbagai daerah di luar Provinsi Bengkulu seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura bahkan Turki.
Meskipun masih pandemi COVID-19, pendapatan yang dihasilkan dari menjual batik besurek tidak terlalu berpengaruh bahkan omset penjualan sejak pandemi mencapai puluhan juta.