Bengkulu (Antara) - Lembaga non-pemerintah Kanopi Bengkulu menggalang dana dari masyarakat luas melalui situs donasi kitabisa.com untuk penyediaan masker berkualitas sesuai standar bagi buruh perempuan pemilah batu bara di area penumpukan (stockpile) batu bara Pulau Baai, Kota Bengkulu.
"Ada seratusan perempuan yang bekerja sebagai pemilah batu bara yang bekerja dengan alat pengaman diri yang jauh dari standar," kata Staf Kajian dan Kampanye Kanopi Bengkulu, Olan Sahayu di Bengkulu, Kamis.
Melihat kondisi pekerja yang tidak dilengkapi alat pengaman diri yang memadai, Kanopi Bengkulu berinisiatif menggalang bantuan dana dan saat ini sudah terkumpul sebesar Rp3,5 juta.
Dana yang dibutuhkan kata Olan berkisar Rp8 juta untuk membeli masker jenis N95 yang bisa menyaring partikel-partikel kecil di bawah 10 PM sehingga tidak terhirup oleh pekerja.
"Mereka bekerja memilah batu bara dan sangat rawan menghirup debu batu bara yang bisa memicu penyakit paru-paru hitam," ucapnya.
Miswati, salah seorang pemilah batu bara mengatakan selama bekerja dirinya menggunakan masker kain untuk menutup mulut dan hidung.
Meski sudah memakai masker yang disediakan pihak perusahaan itu, ia masih melilitkan serbet untuk menutup hidung dan muka saat bekerja di antara tumpukan batu bara.
"Setelah bekerja seharian dan pulang ke rumah memang sesaat terasa sesak di kerongkongan dan pernapasan," kata Miswati yang sudah tujuh tahun bekerja memilah batu bara.
Pekerjaan para ibu rumah tangga itu yakni memilah batu bara dari batu sungai dan tanah sehingga kualitas batu bara yang dijual meningkat. ***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017
"Ada seratusan perempuan yang bekerja sebagai pemilah batu bara yang bekerja dengan alat pengaman diri yang jauh dari standar," kata Staf Kajian dan Kampanye Kanopi Bengkulu, Olan Sahayu di Bengkulu, Kamis.
Melihat kondisi pekerja yang tidak dilengkapi alat pengaman diri yang memadai, Kanopi Bengkulu berinisiatif menggalang bantuan dana dan saat ini sudah terkumpul sebesar Rp3,5 juta.
Dana yang dibutuhkan kata Olan berkisar Rp8 juta untuk membeli masker jenis N95 yang bisa menyaring partikel-partikel kecil di bawah 10 PM sehingga tidak terhirup oleh pekerja.
"Mereka bekerja memilah batu bara dan sangat rawan menghirup debu batu bara yang bisa memicu penyakit paru-paru hitam," ucapnya.
Miswati, salah seorang pemilah batu bara mengatakan selama bekerja dirinya menggunakan masker kain untuk menutup mulut dan hidung.
Meski sudah memakai masker yang disediakan pihak perusahaan itu, ia masih melilitkan serbet untuk menutup hidung dan muka saat bekerja di antara tumpukan batu bara.
"Setelah bekerja seharian dan pulang ke rumah memang sesaat terasa sesak di kerongkongan dan pernapasan," kata Miswati yang sudah tujuh tahun bekerja memilah batu bara.
Pekerjaan para ibu rumah tangga itu yakni memilah batu bara dari batu sungai dan tanah sehingga kualitas batu bara yang dijual meningkat. ***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017