Bengkulu (Antara) - Ratusan warga Kota Bengkulu menggalang tanda tangan di kain putih sepanjang lima meter sebagai bentuk penolakan atas rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaklaim Yerusalem sebagai ibukota Israel.

"Kami menentang keputusan Pemerintah Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem menjadi ibukota Israel dan memindahkan kedutaan mereka di sana," kata Benni Hidayat, salah seorang penggagas gerakan "Tolak Yerusalem jadi Ibu Kota Israel" di Bengkulu, Jumat.

Aksi itu spontan digelar ratusan umat usai menggelar sholat Jumat di Masjid Baitul Izzah, salah satu tempat ibadah umat muslim terbesar di Kota Kota Bengkulu.

Masyarakat muslim Bengkulu kata Benni, tetap mendukung Palestina untuk mempertahankan wilayah Yerusalem.

Yerusalem adalah kota suci bagi tiga agama besar yaitu Kristen, Islam, dan Yahudi. Di kota itu terdapat situs-situs suci bagi ketiga agama tersebut, antara lain Tembok Ratapan (Yahudi), Gereja Makam Kudus (Kristen), dan Masjid Al-Aqsa (Islam).

Pada Rabu (6/12), Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat ke Yerusalem dan mengakuinya sebagai ibukota Israel.

Rencana pemerintah Amerika Serikat ini menuai reaksi dan kecaman dari sejumlah negara.

Presiden Joko Widodo pun meminta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) segera bersidang untuk membahas keputusan Amerika Serikat, yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Dalam beberapa hari ini Pemerintah Indonesia juga telah berkomunikasi dengan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). ***2***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017