Mukomuko (ANTARA Bengkulu) - Puluhan warga Desa Pasarsebelah, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, hingga saat ini masih mengandalkan hutan bakau untuk mendapat uang dengan menangkap kepiting bakau setiap hari.

"Setiap hari sekitar 200 hingga 400 kg kepiting bakau yang ditangkap oleh warga Desa Pasarsebelah, dan hasil tangkapan itu dijual ke Padang," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mukomuko, Eddy Apriyanto, di Mukomuko, Rabu.

Menurut dia, hutan bakau di wilayah itu masih sangat alami dan keberadaannya dimanfaatkan oleh sekitar 30 warga untuk mencari uang, salah satunya menangkap kepiting bakau yang memiliki harga jual tinggi.

"Pedagang pengumpul dari Provinsi Sumatera Barat datang setiap hari membeli kepiting bakau kepada warga setempat dengan harga bervariasi tergantung ukuran dan berat kepiting tersebut," ujarnya menambahkah.

Ia menambahkan, kepiting bakau dengan ukuran besar dengan berat satu kilogram bisa mencapai harga Rp40.000/kg sedangkan kepiting ukuran kecil seharga Rp20.000/kg.

Satu ekor kepiting ukuran besar yang dijual dengan harga tinggi itu, lanjutnya, dengan berat rata-rara seperempat kilogram, sebaliknya kepiting ukuran kecil ukuran badannya di bawah berat itu.

Namun jumlah kepiting bakau yang dijual ke Sumatera Barat tersebut, lanjutnya, hingga sekarang tidak terdata oleh instansi itu karena jual beli langsung dilakukan di tempat antara warga dan pedagang pengumpul.
 
"Sebagian besar dijual ke Padang, sedikit sekali dikonsumsi oleh warga setempat," ujarnya lagi.

Selain kepiting bakau dari hutan "Mangrove" di desa tersebut dijual langsung ke luar daerah, ia menerangkan, warga yang tergabung dalam kelompok tani di wilayah itu juga mengembangkan budidaya kepiting "soka".

"Kepiting ukuran kecil yang nilai jualnya rendah oleh petani dibudidayakan lagi menjadi kepiting `soka` sehingga harga jualnya menjadi lebih tinggi," ujarnya lagi.(fto)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012