Jambi (ANTARA Bengkulu) - Guna menjaga keasrian tanah persawahan warga Desa Senamat Ulu, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, hingga saat ini mempertahankan keberadaan padi lokal di sawah-sawah mereka," kata Sekretaris Dusun Senamat Ulu, Muhammad Ali.

"Agar tanah sawah tetap asri dan subur, warga kami sampai saat ini tetap bertekad bertahan menjadi daerah yang masih menanam padi jenis lokal sebagai komoditas utama di sawah sebagaimana tradisi yang telah diturunkan nenek moyang," kata Muhammad Ali di Jambi, Kamis.

Dia mengatakan, meskipun jenis padi lokal tradisional yang mereka pertahankan adalah jenis padi berumur panjang atau masa panen yang lama hingga enam bulan, namun masyarakat yang tidak ambisius beralasan sawah yang mereka upayakan hanyalah untuk memenuhi kebutuhan mereka saja dengan menyimpan segala kelebihan produksi ke lumbung-lumbung.

"Produksi padi di daerah ini, rata-rata satu KK dalam hitungan karung antara 50 hingga 100 karung gabah, kesemuanya disimpan masing orang di rumah atau di lumbung mereka sendiri untuk kebutuhan mereka sendiri. Jadi warga amat jarang menjual padi mereka ke luar," kata M Ali.

Ia mengatakan, karena warga di Kecamatan Tabir Ulu itun bertahan menggunakan padi lokal yang memang memiliki rasa beras yang pulen dan lebih lezat namun usia panen yang lama, maka sawah-sawah di Senamat Ulu hanya praktis berfungsi pada masa cocok tanam.

Masa tanam umumnya dilakukan pada awal tahun dan panen pada bulan Juni-Juli, setelah itu sawah ditelantarkan atau dianggurkan selama empat bulan tanpa dimanfatkan untuk menanam tumpangsari selain hanya sebagai padang pelepasan dan pengembalaan ternak, sampai ketika masuknya musim tanam baru pada Januari.

"Meskipun sawah di sini menggunakan sistem pengairan irigasi dan kincir air bukannya sawah tadah hujan, namun kebersahajaan masyarakat pada nilai-nilai adat budaya masyarakat membuat mereka ogah mengganti tanaman padinya menjadi jenis padi unggul modern saat ini yang berumur jauh lebih pendek hingga memungkinkan bisa panen 2 atau 3 kali panen setahun," ungkapnya.

Sawah, tambah Ali, bukanalh pertanian utama perekonomian sekitar 230 KK masyarakat Desa Senamat Ulu, karena sejatinya pertanian utama penopang ekonomi masyarakat adalah perkebunan karet, sehingga bersawah bisa hanya mereka lakoni secara lebih santai enam bulan sekali. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012