Bengkulu Selatan (Antaranews Bengkulu) - Kawasan pantai Pasar Bawah di Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, ternyata tidak hanya menyimpan potensi perikanan laut dan destinasi wisata, melainkan juga sebagai tempat pengobatan tradisional yang banyak dikunjungi warga.
"Awalnya saya terserang stroke hingga tidak bisa berjalan, tapi setelah menjalani terapi pasir selama dua bulan, akhirnya saya sembuh," kata Buyung, salah seorang warga yang mengikuti terapi pasir di Pantai Pasar Bawah, Rabu.
Pada umumnya warga mengunjungi pantai ketika tengah hari antara pukul 11.00 - 13.00 WIB, sejumlah warga akan mengubur diri mereka dengan pasir pantai yang panas.
Buyung mengaku menjalani terapi itu setiap hari. Tak hanya stroke, berat badannya pun berangsur turun.
"Saya pernah mengonsumsi obat-obatan kimia selama dua bulan, tapi tidak ada efek berarti. Kemudian tetangga menyarankan agar saya mencoba terapi pasir," tutur Buyung.
Apabila sudah merasa tidak kuat terkena panas, sesekali pengunjung berteduh di pondok yang dibangun di sekitar pantai. Untuk mengurangi sengatan matahari, mereka menutup bagian kepala dengan baju, topi hingga payung.
"Panasnya bikin kepala pusing. Saya mau berteduh dulu," ungkap Muhammad Jamil, salah seorang warga yang juga mengikuti terapi tersebut.
Jamil merupakan warga asal Gedang Melintang, Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan. Ia mengaku rasa linu pada bagian pundak perlahan berkurang setelah empat kali mengikuti terapi.
Ia terpaksa menempuh pengobatan alternatif setelah mendengar beberapa rekannya yang mengaku sembuh usai melakukan terapi pasir di Pantai Pasar Bawah.
"Terapi alam ternyata membuat sehat di kantong dan juga sehat di badan, sebab saya tidak perlu mengonsumsi obat-obatan kimia," imbuhnya.
Terapi pasir merupakan metode pengobatan alternatif yang banyak dilakukan masyarakat di wilayah pesisir, tidak hanya di Bengkulu, tetapi juga di Aceh, Jawa Barat, Bali hingga Jepang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Awalnya saya terserang stroke hingga tidak bisa berjalan, tapi setelah menjalani terapi pasir selama dua bulan, akhirnya saya sembuh," kata Buyung, salah seorang warga yang mengikuti terapi pasir di Pantai Pasar Bawah, Rabu.
Pada umumnya warga mengunjungi pantai ketika tengah hari antara pukul 11.00 - 13.00 WIB, sejumlah warga akan mengubur diri mereka dengan pasir pantai yang panas.
Buyung mengaku menjalani terapi itu setiap hari. Tak hanya stroke, berat badannya pun berangsur turun.
"Saya pernah mengonsumsi obat-obatan kimia selama dua bulan, tapi tidak ada efek berarti. Kemudian tetangga menyarankan agar saya mencoba terapi pasir," tutur Buyung.
Apabila sudah merasa tidak kuat terkena panas, sesekali pengunjung berteduh di pondok yang dibangun di sekitar pantai. Untuk mengurangi sengatan matahari, mereka menutup bagian kepala dengan baju, topi hingga payung.
"Panasnya bikin kepala pusing. Saya mau berteduh dulu," ungkap Muhammad Jamil, salah seorang warga yang juga mengikuti terapi tersebut.
Jamil merupakan warga asal Gedang Melintang, Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan. Ia mengaku rasa linu pada bagian pundak perlahan berkurang setelah empat kali mengikuti terapi.
Ia terpaksa menempuh pengobatan alternatif setelah mendengar beberapa rekannya yang mengaku sembuh usai melakukan terapi pasir di Pantai Pasar Bawah.
"Terapi alam ternyata membuat sehat di kantong dan juga sehat di badan, sebab saya tidak perlu mengonsumsi obat-obatan kimia," imbuhnya.
Terapi pasir merupakan metode pengobatan alternatif yang banyak dilakukan masyarakat di wilayah pesisir, tidak hanya di Bengkulu, tetapi juga di Aceh, Jawa Barat, Bali hingga Jepang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018