Bengkulu Selatan (Antaranews Bengkulu) - Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, pada 2017 sebesar 5,0 persen atau cenderung mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 5,3 persen

Kepala Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Bengkulu Selatan Rudi Setiawan di Manna, Rabu, menjelaskan perlambatan tersebut akibat pengaruh ekonomi global dan nasional.

Meski begitu, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi di Bengkulu Selatan pada tahun 2017 relatif normal sebab masih melaju pada angka 5,0 persen.

Dari sisi produksi, perlambatan terbesar disebabkan oleh lapangan usaha pertanian yang semula sebesar 35,3 persen, turun menjadi 34,2 persen tahun 2017.

Perlambatan juga terjadi pada sektor jasa keuangan dan asuransi yang pada 2016 bertengger pada 5,9 persen, namun pada 2017 turun menjadi 5,6 persen.

"Sektor pertanian sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi di Bengkulu Selatan karena pekerjaan mayoritas masyarakat adalah petani. Ketika harga global dan nasional lesu maka akan berdampak hingga ke daerah," ujarnya.

Rudi mencontohkan, saat harga minyak dunia anjlok, harga biodiesel kelapa sawit juga ikut tertekan, sehingga menyebabkan harga kelapa sawit yang merupakan bahan baku biodiesel melandai di tingkat petani.

Kecenderungan struktur ekonomi yang berbasis komoditas pertanian itu lantas beralih pada sektor industri dan jasa, akibat pengaruh goncangan ekonomi global yang cenderung fluktuatif.

Meski lapangan usaha pertanian menurun, akan tetapi sektor perdagangan dan administasi pemerintahan justru meningkat, masing-masing sebesar 15,9 persen dan 11,2 persen.

Sementara, pada 2016 lalu, sektor perdagangan tumbuh sebesar 15,4 persen dan administrasi pemerintahan berada pada angka 10,7 persen.

Lebih lanjut, ia mengimbau pemerintahan daerah untuk mengintervensi sektor potensial, seperti perdagangan, pendidikan dan jasa agar laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren positif.

Pewarta: Sugiharto P

Editor : Riski Maruto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018