Bengkulu (Antaranews Bengkulu)  Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Bengkulu, Agus Priambudi meminta para petani di Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu melaporkan keluhan dan kerugian yang terjadi akibat konstruksi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di wilayah itu.

Kalau ada temuan atau persoalan di lapangan sebaiknya langsung membuat laporan, nanti tim akan cek ke lapangan,? kata Agus di Bengkulu, Selasa.

Ia mengatakan hal itu terkait sikap para petani di Kelurahan Teluk Sepang yang mengeluhkan perubahan bentang alam wilayah itu terutama perubahan aliran air parit atau drainase diduga akibat konstruksi PLTU batu bara.

Menurut para petani, proyek listrik berbahan bakar batu bara itu membuat sejumlah aliran drainase tersumbat sehingga areal pertanian mereka terendam saat hujan turun.

Baca juga: Petani minta DLHK awasi proyek PLTU Bengkulu

Pemasangan paku bumi dan penggalian di beberapa titik juga membuat air tanah tersedot sehingga areal pertanian kami rawan kekeringan saat panas dan banjir walau hanya satu jam turun hujan, ucap Wilkan, salah seorang petani setempat.

Ia mengatakan sebelum proyek itu dimulai, para petani yang mengolah sekitar 20 hektare areal pertanian tanaman palawija di wilayah itu dapat menikmati hasil pertanian dengan baik. Wilkan mencontohkan pendapatan dari satu kali proses menanam cabai dengan luas kurang dari satu hektare dapat mengantongi pendapatan sebesar Rp40 juta-Rp50 juta.

Tapi karena banjir besar dua kali berturut-turut, tanaman cabai yang masih kecil terendam air dan mati, akhirnya terpaksa kami cabut,? katanya.

Padahal, ia sudah mengeluarkan modal yang cukup banyak untuk pengolahan tanah, pembelian bibit, mulsa dan lainnya.

Proyek PLTU batu bara di Kelurahan Teluk Sepang berkapasitas 2 x 100 MW?mulai dibangun menggunakan dana investasi asal China pada awal 2017 dan direncanakan menghasilkan listrik pada 2019/2020.

Pewarta: Helti Marini S

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018