Bengkulu (Antaranews Bengkulu)  Ratusan mahasiswa dan pegiat lingkungan yang bergabung dalam Kesatuan Aksi Perjuangan Rakyat berunjukrasa di Simpang Lima Kota Bengkulu, menyerukan pemerintah untuk memerdekakan Indonesia dari proyek-proyek energi kotor pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. 

Momentum HUT ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia ini kami mendesak pemerintah untuk memerdekakan Indonesia dari proyek-proyek energi kotor, kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Bengkulu Syahril Ramadan di Bengkulu, Kamis. 

Saat aksi memperingati HUT ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia, para mahasiswa dan aktivis lingkungan menyerukan penghentian proyek-proyek energi kotor termasuk PLTU batu bara di Kelurahan Teluk Sepang berkapasitas 2 x 100 Megawatt. 

Dengan tema Indonesia bebas dari energi kotor, hentikan PLTU batu bara Teluk Sepang para mahasiswa menilai pemerintah telah mengambil jalan keliru dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.

Indonesia adalah negara tropis dengan cahaya matahari melimpah sepanjang tahun, harusnya potensi ini yang diolah untuk memenuhi energi, katanya. 

Selain tenaga matahari, sumber energi lain yang terbarukan dan ramah lingkungan seperti air, angin dan gelombang laut menurut Syahril seharusnya diprioritaskan dan menghentikan PLTU batu bara. 

Pengembangan proyek PLTU batu bara menurut dia akan membuat kehidupan masyarakat semakin terpuruk sebab polutan yang dihasilkan dari pembakaran debu batu bara akan memperburuk kesehatan masyarakat.

China dan India yang selama ini menggunakan PLTU batu bara sudah beralih ke energi terbarukan, lalu mengapa pemerintah justru mulai membangun PLTU batu bara yang jelas merusak lingkungan, katanya.

Karena itu, mahasiswa mendesak pemerintah untuk menghentikan proyek PLTU yang didanai investor China tersebut. 

Manajer Pendidikan dan Pengorganisasian Rakyat Kanopi Bengkulu, Suarli Sarim menambahkan, konstruksi PLTU batu bara di Kelurahan Teluk Sepang sudah menuai protes dari masyarakat terutama petani yang terancam tergusur untuk perluasan proyek. 

Sejak awal kata dia, masyarakat sudah menolak kehadiran proyek tersebut dengan pertimbangan polusi yang ditimbulkan akan meracuni udara yang dihirup masyarakat.

"Masyarakat sudah paham dampak buruknya tapi pemerintah dengan otoriter memaksakan proyek itu dan masyarakat hingga hari ini tetap menolak," ucapnya.

Selain menuntut penghentian proyek PLTU batu bara, massa juga menyoroti kondisi ekonomi terutama anjloknya harga komoditas unggulan petani yakni sawit dan karet serta melemahnya nilai tukar rupiah.

Pewarta: Helti Marini S

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018