Palu (Antaranews Bengkulu) - Diperkirakan masih terdapat ribuan korban gempa bumi di Palu, Donggala dan Sigi Sulawesi Tengah tertimbun tanah bersama bangunan di dua lokasi.
"Kami belum identifikasi di Perumnas Balaroa dan Kelurahan Petobo karena lokasinya sangat parah," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu Fresly Tampubolon kepada wartawan ANTARA, Adha Nadjemudin di Palu, Senin.
Dua daerah tersebut yakni Balaroa dan Petobo merupakan pusat kerusakan paling dahsyat karena rumah dan fasilitas publik di titik itu tertimbun tanah bak ditelan bumi.
Menurut sejumlah saksi beberapa detik setelah gempa 7,4 SR mengguncang Palu, wilayah kelurahan itu terlihat semburan air yang cukup tinggi lalu tiba tiba permukaan tanah menurun sehingga ikut menarik seluruh benda di atasnya.
Bahkan beberapa bangunan seperti masjid bergeser jauh sekitar 50 meter dari posisi semula.
"Istri dan anak-anak saya tidak bisa diselamatkan. Saya perkirakan mereka terperangkap dalam rumah lalu digulung tanah," kata Husnan, salah seorang keluarga korban.
Saat kejadian, Husnan sedang berada di kantor, sementara istri dan anak-anaknya ada di rumah.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kelurahan Kawatuna. Namun di lokasi ini disertai air sehingga belum memungkinkan disentuh oleh Tim Penanggulangan Bencana.
Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said mengatakan belum tersentuhnya dua titik bencana terparah itu karena akses yang terputus.
Sigit mengatakan Tim Penanggulangan Bencana memprioritaskan lokasi bencana yang dapat dijangkau cepat.
Hingga hari ketiga pascagempa, jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 1.203 orang.
Sementara titik pengungsian mencapai 324 lokasi yang diperkirakan mencapai 18 ribu orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Kami belum identifikasi di Perumnas Balaroa dan Kelurahan Petobo karena lokasinya sangat parah," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu Fresly Tampubolon kepada wartawan ANTARA, Adha Nadjemudin di Palu, Senin.
Dua daerah tersebut yakni Balaroa dan Petobo merupakan pusat kerusakan paling dahsyat karena rumah dan fasilitas publik di titik itu tertimbun tanah bak ditelan bumi.
Menurut sejumlah saksi beberapa detik setelah gempa 7,4 SR mengguncang Palu, wilayah kelurahan itu terlihat semburan air yang cukup tinggi lalu tiba tiba permukaan tanah menurun sehingga ikut menarik seluruh benda di atasnya.
Bahkan beberapa bangunan seperti masjid bergeser jauh sekitar 50 meter dari posisi semula.
"Istri dan anak-anak saya tidak bisa diselamatkan. Saya perkirakan mereka terperangkap dalam rumah lalu digulung tanah," kata Husnan, salah seorang keluarga korban.
Saat kejadian, Husnan sedang berada di kantor, sementara istri dan anak-anaknya ada di rumah.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kelurahan Kawatuna. Namun di lokasi ini disertai air sehingga belum memungkinkan disentuh oleh Tim Penanggulangan Bencana.
Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said mengatakan belum tersentuhnya dua titik bencana terparah itu karena akses yang terputus.
Sigit mengatakan Tim Penanggulangan Bencana memprioritaskan lokasi bencana yang dapat dijangkau cepat.
Hingga hari ketiga pascagempa, jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 1.203 orang.
Sementara titik pengungsian mencapai 324 lokasi yang diperkirakan mencapai 18 ribu orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018