Mukomuko (Antaranews Bengkulu) Mayoritas petani di Kecamatan Selagan Raya, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, hingga kini masih menolak menanam tanaman palawija meski di wilayah itu sedang ada proyek pembangunan saluran irigasi.
Sampai sekarang petani di wilayah ini tetap mempertahankan pola tanam padi selama tiga musim tanam setahun. Petani menolak menanam tanaman palawija meski sedang ada proyek pembangunan saluran irigasi yang bedampak pada pengeringan air irigasi," kata Camat Selagan Raya Jodi di Mukomuko, Selasa.
Seluas 1.400 hektare luas areal persawahan milik petani di sejumlah desa di Kecamatan Selagan Raya.
Ia mengatakan petani di wilayah ini menilai menanam padi selama tiga kali musim tanam dalam setahun lebih menguntungkan dari pada menanam palawija di lahan persawahannya.
Padahal selama ini hasil produksi gabah kering panen setelah musim tanam kedua padi sawah turun, kemudian produksi gabah kembali mengalami penurunan pada musim tanam ketiga.
Produksi gabah kering panen pada musim tanam satu masih tinggi, yakni berkisar 10 ton hingga 11 ton, tetapi produksi gabah saat musim tanam kedua dan ketiga turun, ujarnya pula.
Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan produksi gabah kering panen saat musim tanam kedua dan ketiga padi sawah di wilayah ini mengalami penurunan. Salah satunya karena terlalu dekatnya masa tanam satu, dua dan tiga.
Selain itu, karena pasokan air dari irigasi ke sawah berkurang saat musim tanam ketiga padi sawah karena pada saat itu sedang ada proyek pembangunan dan rehabilitasi jaringan dan saluran irigasi.
Sehingga pihak penyedia barang dan jasa pemerintah menutup sementara saluran irigasi yang sedang dalam pembangunan dan perbaikan.
Untuk itu, ia menyarankan petani di wilayah ini menanam palawija pada saat musim tanam ketiga karena tanaman palawija tidak membutuhkan terlalu banyak air untuk tumbuh.
Ia mengaku sulit untuk mengubah kebiasaan petani setempat dalam menarapkan pola tanam padi. Namun pihaknya akan terus berusaha untuk menyakinkan petani setempat agar menanam palawija pada musim tanam ketiga.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
Sampai sekarang petani di wilayah ini tetap mempertahankan pola tanam padi selama tiga musim tanam setahun. Petani menolak menanam tanaman palawija meski sedang ada proyek pembangunan saluran irigasi yang bedampak pada pengeringan air irigasi," kata Camat Selagan Raya Jodi di Mukomuko, Selasa.
Seluas 1.400 hektare luas areal persawahan milik petani di sejumlah desa di Kecamatan Selagan Raya.
Ia mengatakan petani di wilayah ini menilai menanam padi selama tiga kali musim tanam dalam setahun lebih menguntungkan dari pada menanam palawija di lahan persawahannya.
Padahal selama ini hasil produksi gabah kering panen setelah musim tanam kedua padi sawah turun, kemudian produksi gabah kembali mengalami penurunan pada musim tanam ketiga.
Produksi gabah kering panen pada musim tanam satu masih tinggi, yakni berkisar 10 ton hingga 11 ton, tetapi produksi gabah saat musim tanam kedua dan ketiga turun, ujarnya pula.
Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan produksi gabah kering panen saat musim tanam kedua dan ketiga padi sawah di wilayah ini mengalami penurunan. Salah satunya karena terlalu dekatnya masa tanam satu, dua dan tiga.
Selain itu, karena pasokan air dari irigasi ke sawah berkurang saat musim tanam ketiga padi sawah karena pada saat itu sedang ada proyek pembangunan dan rehabilitasi jaringan dan saluran irigasi.
Sehingga pihak penyedia barang dan jasa pemerintah menutup sementara saluran irigasi yang sedang dalam pembangunan dan perbaikan.
Untuk itu, ia menyarankan petani di wilayah ini menanam palawija pada saat musim tanam ketiga karena tanaman palawija tidak membutuhkan terlalu banyak air untuk tumbuh.
Ia mengaku sulit untuk mengubah kebiasaan petani setempat dalam menarapkan pola tanam padi. Namun pihaknya akan terus berusaha untuk menyakinkan petani setempat agar menanam palawija pada musim tanam ketiga.
Editor : Musriadi
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018