Mukomuko (Antaranews Bengkulu) – Seluas sekitar 15 hektare tanaman jagung di Desa Pondok Kopi, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, dilaporkan rusak parah akibat diterjang banjir musiman yang melanda wilayah ini sejak beberapa hari terakhir.

“Kami menerima laporan dari warga seluas sekitar 15 hektare tanaman jagung yang berumur dua minggu yang rusak akibat diterjang banjir yang melanda wilayah ini,” kata Sekretaris Desa Pondok Kopi Nurman Efendi saat dihubungi dari Mukomuko, Minggu.

Hujan lebat yang mengguyur Desa Pondok Kopi sejak beberapa hari terakhir menyebabkan sebanyak tujuh rumah warga dan sekitar 15 hektare tanaman jagung di wilayah itu terendam banjir.

Banjir musiman yang melanda pemukiman penduduk dan lahan milik petani yang berada di seberang jembatan wilayah ini berasal dari luapan Sungai Rengas dan Sungai Bungin.

Ia menyatakan, meskipun saat ini banjir yang merendam belasan hektare tanaman jagung di wilayah ini telah surut, tetapi tanaman jagung milik petani setempat tidak bisa diselamatkan lagi.

“Banjir yang melanda wilayah ini terjadi pada malam hari, genangan banjir mulai surut pada siang hari,” ujarnya pula.

Pada saat sekarang ini tidak ada tanaman jagung milik belasan orang petani setempat yang bisa diselamatkan karena banjir musiman yang melanda sebagian wilayah ini sangat deras.

Ia mengatakan, instansinya telah mengusulkan bantuan untuk korban banjir dan petani yang memiliki tanaman jagung yang terendam banjir kepada Dinas Sosial setempat.

“Kalau sebagian petani jagung di wilayah ini belum lama ini menerima bantuan benih jagung dari pemerintah setetempat,” ujarnya pula.

Menurutnya, banjir musiman yang berasal dari luapan dua sungai yang melada pemukiman penduduk dan lahan pertanian di wilayah ini akibat belum adanya pelapis tebing pengaman erosi sungai tersebut.

Warga setempat sejak tahun 2011 sampai sekarang mengusulkan pembangunan pelapis tebing di wilayah ini, namun usulan tersebut belum direalisasikan sampai sekarang.

“Kami kecewa karena usulan pembangunan pelapis tebing itu berasal dari hasil musyawarah desa, kemudian musyawarah kecamatan, lalu musyawarah kabupaten namun belum ada realisasi sampai sekarang,” ujarnya.

Ia mengatakan, sepanjang aliran sungai di wilayah itu membutuhkan pembangunan pelapis tebing minimal sepanjang 200 meter.

Pewarta: Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018