Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Akademisi Universitas Bengkulu, Titiek Kartika menuliskan perjuangan perempuan di Bengkulu dan Sumba dalam mempertahankan alam dan lingkungan mereka dari industri ekstraktif pertambangan biji besi dan emas dalam buku berjudul “Ragam Identitas Perempuan Bukan Bayang-Bayang”.

“Buku ini adalah hasil penelitian di Bengkulu dan Sumba selama dua tahun, kurun 2016 hingga 2017,” kata Titiek saat peluncuran bukunya tersebut di Kota Bengkulu, Kamis.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Bengkulu ini mengatakan isu utama dalam buku ini adalah gerakan perempuan anti-tambang di dua desa yakni perempuan di Desa Penago Baru Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu yang berjuang menyelamatkan pesisir dari aktivitas tambang pasir biji besi dan perempuan di Desa Praikaroku Jangga di Sumba, Nusa Tenggara Timur dalam berjuang mengusir korporasi tambang emas.

Menurut Titiek, hampir sama dengan buku pertamanya berjudul “Perempuan Lokal vs Korporasi Tambang Pasir Besi Global” yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia pada tahun 2014, konten buku Ragam Identitas Perempuan ini bukan hanya narasi kecil tentang upaya perempuan lokal mengusir korporasi tambang global. 

“Buku ini adalah sebuah catatan perjalanan saya sebagai ilmuwan, peneliti, dan feminis,” ucapnya.

Dalam rekaman Titiek yang dituangkan dalam bukunya, gerakan perempuan dalam mempertahankan lingkungan adalah sebuah perjalanan. Menurut dia, catatan perjuangan perempuan yang telah dibukukan ini merupakan sejarah yang penting untuk dipublikasikan. 

Dengan kehadiran buku ini, ia berharap catatan perjuangan hidup perempuan, apalagi di tingkat lokal yang hilang dari sejarah pergerakan di Indonesia dapat diketahui khalayak. Terlebih lagi, catatan gerakan perempuan Indonesia belum banyak diketahui khalayak umum, termasuk skala internasional.

“Siapa lagi yang “peduli” dan “sudi” serta berpayah-payah menulis kalau bukan perempuan sendiri dan lebih baik dipublikasikan oleh perempuan bangsa sendiri,” ujarnya.

Peluncuran buku yang dilakukan dengan mengundang rekan-rekan sejawat dalam sebuah pertemuan akhir tahun dan berbincang tentang refleksi serta gerakan perempuan ke depan menurut dia sangat berarti.

Lebih lanjut Titiek mengharapkan buku ini dapat memberikan kesempatan lebih luas kepada masyarakat untuk memahami fenomena gerakan perempuan lokal yang menolak operasi tambang mineral.  

“Perempuan bergerak mempertahankan lingkungan mereka karena kesadaran akan lingkungan yang baik untuk menjamin kelangsungan hidup mereka sendiri,” katanya.

Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia itu sudah dapat diakses di toko buku Gramedia dan toko buku lainnya.

Pewarta: Helti Marini S

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018