Bengkulu (ANTARA) - Akademisi Universitas Bengkulu, Abdul Rahman menilai pembangunan waduk bukan solusi utama untuk mengatasi banjir yang melanda wilayah sepanjang daerah aliran sungai Bengkulu yang melintasi Kota Bengkulu.
“Waduk bukan solusi utama, tapi membereskan persoalan di hulu menjadi langkah pertama yang harus dilakukan,” kata Abdul di Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan persoalan penting yang harus diselesaikan untuk mengatasi banjir adalah menangani penebangan hutan dan aktivitas pertambangan batu bara di hulu sungai serta mengatasi pendangkalan aliran sungai.
Baca juga: Tim SAR hentikan pencarian empat korban longsor di Bengkulu Tengah
Baca juga: Bikers Mukomuko serahkan hasil penggalangan dana untuk korban banjir
Bila ketiga masalah itu dapat diselesaikan, menurut dosen peneliti Daerah Aliran Sungai (DAS) ini, pembangunan waduk di wilayah kota tak lagi diperlukan.
“Membangun waduk perlu waktu lima sampai 10 tahun mulai tahap kajian Amdal dan pembebasan lahan sementara masalah utama adalah batu bara, penebangan liar dan perkebunan,” ucapnya.
Dalam jangka pendek kata Abdul untuk mengantisipasi banjir adalah mitigasi dengan membuat meteran banjir, sehingga masyarakat dapat memprediksi kapan banjir datang kemudian mengedukasi masyarakat di dataran rendah untuk membuat struktur rumah panggung, bukan lantai di tanah, agar daerah serapan air tetap ada.
Sementara warga sekitar bantaran Sungai Bengkulu, Zuan Julian menilai pembangunan waduk di Kelurahan Tanjung Agung justru memperparah banjir karena menghambat arus air menuju muara.
“Danau Dendam adalah sebenarnya waduk yang seharusnya dirawat dengan menghentikan kendaraan berat melintasi jalan danau karena jalan itu berfungsi sebagai tanggul,” katanya.
Menurut Zuan, pemerintah kota seharusnya mengatasi pendangkalan aliran sungai Bengkulu sehingga air dapat mengalir lancar ke laut.
Baca juga: Satu korban banjir Kepahiang belum ditemukan
Baca juga: PWI dan Palm Mukomuko salurkan bantuan untuk korban banjir
Waduk bukan solusi utama mengatasi banjir di Bengkulu, kata akademisi
Selasa, 7 Mei 2019 14:49 WIB 2120