Sampang (ANTARA Bengkulu) - Warga Syiah di pengungsian gedung olahraga (GOR) Wijaya Kusuma Sampang, Madura, menggelar tahlilan bagi korban tragedi kemanusiaan yang tewas pada 26 Agustus 2012.

Koordinator Relawan dari Ahlulbait Indonesia (ABI), Muadz mengatakan, tahlilan oleh warga Syiah itu untuk mendoakan korban tewas dalam tragedi berdarah dengan harapan agar yang bersangkutan diampuni dosa-dosanya mendapatkan ampunan dan mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya.

"Sebenarnya kami dari pihak relawan meminta petugas dari kantor Kementerian Agama untuk memimpin tahlil. Namun karena tadi petugasnya datang terlambat, maka terpaksa dipimpin sendiri oleh Ustaz Syiah yang ada di sini," kata Muadz.

Tahlilan bagi warga yang meninggal dunia oleh warga Syiah ini biasa dilakukan dan telah menjadi tradisi aliran Islam ini.

Sebenarnya, kata Muadz, tradisi kaum Syiah adalah sama dengan tradisi yang dilakukan warga Sunni, atau Nahdlatul Ulama (NU).

Oleh karenanya, sangat tidak beralasan jika aliran Islam Syiah dinyatakan aliran yang sesat dan perlu disingkirkan dari bumi Sampang, Madura.

Jenis tradisi keagamaan lainnya yang juga biasa dilakukan warga Syiah adalah memperingati kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad  SAW, membaca puji-pujian kepada Nabi Muhammad (barzanji), serta bersedekah dengan mengantar makanan setiap malam Jumat kepada guru ngaji Alquran.

"Tahlilan yang dilakukan warga Syiah sama dengan tahlilan yang dilakukan warga Sunni, sama-sama tujuh malam," katanya menjelaskan.

Begitu juga dengan rentetan peringatan kematian lainnya, seperti memperingati hari kematian pada hari ke-40, 100, setahun hingga 1.000 hari.

Tragedi kemanusiaan yang menimpa kelompok minoritas Islam Syiah di Desa Karang Gayam, dan Desa Bluuran, Sampang, Madura, Minggu (26/8) itu masih menyisakan luka yang mendalam bagi para korban.

Sebab, selain ada korban yang telah meninggal dunia, juga sebagian rumah mereka ludes dibakar kelompok penyerang.(ant)

Pewarta:

Editor : Ferri Aryanto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012