Bengkulu, (ANTARA Bengkulu) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu menyebutkan sejak Januari hingga Agustus 2012 terdapat 25 titik api di provinsi itu.

"Titik api sebanyak itu terpantau di beberapa kabupaten, namun yang terbanyak berada di Kabupaten Mukomuko," kata Kepala Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bengkulu Sumartono.

Selain itu, kata dia, juga terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara, Lebong, Kepahiang dan di Kabupaten Bengkulu Selatan pada umumnya dilakukan masyarakat untuk membuka lahan perkebunan dan pertanian.

Ia mengatakan titik api sebagian besar berada di luar kawasan hutan, namun hanya ada dua titik berada dalam kawasan hutan konservasi yaitu di Kabupaten Mukomuko dan Bengkulu Utara.

Titik api dalam kawasan hutan lindung itu diduga kuat dilakukan perambah, namun BKSDA Bengkulu sudah menurunkan tim ke lokasi.

"Kami kerja sama dengan petugas Taman Nasional Krinci Seblat (TNKS) karena titik api itu diduga kuat berada dalam TNKS," ujarnya.

Masyarakat petani di Bengkulu hingga saat ini masih membudayakan pola membakar bila membuka kawasan hutan atau belukar untuk dijadikan lahan perkebunan dan ladang berpindah.

"Kami akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat sesuai arahan Menhut bahwa budaya membakar hutan dimaksimalkan dan bahkan dihentikan," ujarnya.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menilai, budaya membakar lahan garapan salah satu cara merusak kawasan hutan.

Hal itu mestinya sudah ditiadakan karena dampaknya sangat luas baik bagi lingkungan maupun kerusakan kawasan hutan secara besar-besaran.

Ia mengatakan dampak budaya membakar lahan untuk membuka lokasi pertanian telah mengakibatkan kerusakan hutan di berbagai wilayah seluruh Indonesia.

Membuka lahan pertanian dengan cara membakar justru merusak kualitas kesuburan tanah, selain itu juga akan membuat kebakaran hutan yang sulit dikendalikan dan dipadamkan.

"Kami akan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan berbagai pihak lainnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak membuka lahan pertanian dengan cara membakar," katanya.

Upaya mengubah budaya membuka lahan dengan cara membakar harus dimaksimalkan agar kerusakan hutan tidak semakin parah, saat ini kebakaran akibat pembukaan lahan paling parah terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan, ujarnya. (mhe)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012