Semarang (ANTARA Bengkulu) - Empat desainer ternama Kota Semarang memamerkan karya eksploratif batiknya dalam pergelaran bertajuk "Semarang Batik Fashion on The Street" di pinggir jalan kota setempat.

Pergelaran peragaan busana batik itu di pinggir Jalan Pemuda Semarang, tepatnya di halaman depan Hotel Novotel Semarang, Selasa, sehingga menarik perhatian para pengendara yang lewat di kawasan tersebut.

Sesekali, pengendara motor maupun mobil nampak menyempatkan memelankan laju kendaraannya untuk melihat para model berlenggak lenggok di "catwalk" dengan balutan busana batik dalam berbagai konsep desain.

Empat desainer kenamaan Semarang itu, yakni Intan Avantie, Dana Rahardja, Ferry Setiawan, dan Ina Priyono yang masing-masing mengusung konsep desain batik tersendiri dengan menonjolkan ciri khas setiap desainer.

Ferry Setiawan memilih desain dengan permainan motif lawas yang diselipkan sedikit unsur modern, seperti renda di bagian ujung gaun berpadu rok asimetris. Tak lupa, kalung etnik menghiasi leher jenjang para modelnya.

Berbeda dengan Intan Avantie yang memasukkan kain batik berbentuk gendongan berpadu dengan motif batik parang dalam beberapa busana desainnya dan batik berwarna tanah sesekali dipadukan sebagai pelembut warna.

Sebelum para model profesional berjalan di atas "catwalk", para model "dadakan" yang terdiri atas karyawan Hotel Novotel Semarang dan para istri pejabat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di Kota Semarang beraksi.

Para model "dadakan" di bawah bimbingan penata model Totok Sahak itu terlihat lincah berlenggak-lenggok memamerkan busana hasil desain Ferry Setiawan, seperti tak mau kalah dengan gaya model profesional.

Public Relation Coordinator Hotel Novotel Semarang Audrey Stella menjelaskan, pergelaran berkonsep "fashion on the street" itu memang dilakukan untuk menarik minat masyarakat untuk menonton.

"Kalau kami gelar di dalam hotel, mungkin tidak banyak masyarakat mau menonton karena beranggapan harus bayar, mahal, dan sebagainya. Karena itu, kami gelar di depan hotel agar siapa saja bisa menonton," katanya.

Menurut dia, pergelaran busana batik yang menggandeng empat desainer Semarang itu untuk mengeksplorasi kekayaan desain batik Indonesia, sekaligus memeringati Hari Batik setiap 2 Oktober.

"Setiap desainer punya ciri khas. Ferry cenderung ke etnik, Intan membawakan karya ibunya (Anne Avantie) yang berkesan 'njawani', Ina memadukan busana muslim dan batik, sementara Dana lebih ke anak muda," kata Stella. (ant)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012