Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Petani di Kecamatan Selagan Raya Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu mengeluhkan turunnya hasil panen padi hingga 25 persen akibat kemarau yang melanda daerah itu.

"Kemarau membuat bulir padi tidak berisi penuh sehingga hasil panen turun hingga 25 persen," kata Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Sungai Ipuh, Barlian saat dihubungi dari Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan biasanya hasil panen mencapai 5 hingga 6 ton per hektare, tapi saat ini hanya 4 ton per hektare.

Kemarau di daerah itu, kata dia, terjadi sejak tanaman padi memasuki masa berbunga hingga panen, kurang lebih 2 bulan.

"Memang dalam masa berbunga hingga panen tidak membutuhkan hujan yang banyak, tapi kalau kekurangan air juga mengganggu pertumbuhan padi," tambahnya.

Ia menambahkan, dengan produksi yang turun tersebut, harga padi di tingkat petani mengalami kenaikan.

Biasanya kata dia satu karung padi dengan berat 60 hingga 65 kilogram dijual serharga Rp200.000 hingga Rp225.000, naik menjadi Rp250.000.

"Dalam dua minggu ini petani akan panen serentak dari irigasi Sungai Pahyang 300 hektare dan irigasi Air Selagan 515 hektare," katanya.

Sebelumnya, Pelaksana tugas Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan petani padi di empat kabupaten dan kota diperkirakan mengalami gagal panen akibat kemarau berkepanjangan di daerah itu.

Empat kabupaten dan kota tersebut yakni Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu.

"Kemarau yang termasuk panjang tahun ini membuat petani padi di empat kabupaten dan kota terancam gagal panen karena lokasi persawahan yang tidak bisa dialiri air irigasi," katanya.

Ia mengatakan akan berupaya mengatasi masalah tersebut dengan mengajak Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VII untuk memperbaiki saluran irigasi yang rusak sehingga tidak mampu mengairi areal persawahan petani.

"Untuk membuat hujan buatan butuh dana yang cukup besar, jadi kami fokus pada perbaikan irigasi," tambahnya. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012