Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ketahun Bengkulu akan mengevaluasi hasil kerja kelompok peserta Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Kaur, atau 256 kilometer dari kota Bengkulu.

"Evaluasi itu dilakukan untuk melihat hasil kerja peserta Kebun Bibit Rakyat (KBR) tersebut, bila sudah tercapai sasaran, maka sisa uang tahap kedua akan dicairkan," kata Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ketahun Bengkulu (BPDAS) Ketahun Bengkulu Sumarsono, Senin.

Ia mengatakan sebelumnya BPDAS sudah mencairkan dana 20 persen dari pagu Rp50 juta per kelompok, sedangkan sisanya dicairkan setelah uang muka itu sudah ada pertanggung jawabannya. Pertanggung jawaban kelompok itu setelah menujukan bibit hidup yang sudah disemainya setiap kelompok ditargetkan 25 ribu batang.

Apabila tidak bisa dipertanggung jawabkan, maka sisa uang kelompok itu tidak akan dicairkan bahkan izin kelompoknya bisa dicabut. "Kami mendapat laporan bahwa bibit yang disemai 107 kelompok di daerah itu tidak banyak tumbuh, ia akan menurunkan tim ke lapangan," ujarnya.

Bila kesalahan teknis terjadi pada kelompok, maka sisa uangnya tidak akan dicairkan dan harus diganti bibit baru, namun bila kesalahan petugas lapangan akan dikenakan sanki, ujarnya. Camat Tanjung Kemuning, Kaur Utara Saptiur mengatakan, pihaknya mendapat laporan dari kelompok peserta KBR setempat bahwa mereka mengeluhkan bibit dari pihak ketiga yang disemaikan selama ini sebagian besra tidak tumbuh.

"Saya sudah mengundang para ketua kelompoknya dan mereka membenarkan bahwa bibit kayu dibagikan beberapa bulan lalu tumbuhnya sangat rendah," ujarnya. Seorang anggota KBR M Mudir mengatakan, bibit yang disemai mereka beberapa bulan lalu itu tumbuhnya sangat sedikit, kendalanya masih dipelajari dulu.

Apa memang bibit dibagikan pihak petigas sudah kadaluarsa atau kelompok kesalahan teknis dalam menyemai bibit tersebut antara lain jenis bambang lanang, mahoni dan kayu Afrika. Ia mengatakan, dari puluhan ribu biji diberikan pengadaan bibit kayu itu hanya tumbuh ratusan batang padahal setiap kelompok wajib menyemai 25 ribu batang.

"Uang pencaiaran pertama sebesar 20 persen dari pelafon Rp50 juta beberapa bulan lalu sudah dihabiskan untuk mebuatan tempat penyemaian sesuai arahan penyuluh," katanya. Namun uang tersebut sulit dipertanggung jawabkan karena bibit yang diberikan pihak ketiga sebagian besar gagal tumbuh.

Dalam perjanjian awal, katanya, bibit dan penyemaian diserahkan pada kelompok masing-masing, namun kenyataannya khusus benih diadakan pihak ketiga. "Kami terpaksa minta ganti dengan biji lain karena bila tidak program KBR 2012 di wilayah itu akan gagal, sedangkan kelompok tidak bisa mempertanggung jawabkan uang muka sebelumnya," tandasnya.(Z005)

Pewarta:

Editor : Rangga Pandu Asmara Jingga


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012