Tiga mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang terdiri atas Kintan Nur Romadhona, Avi Anindya Salsabila, dan Elsa Christina berhasil menciptakan pengawet buah alami dengan nano teknologi.
"Pengawet buah ini kami beri nama Awax Bejo yang merupakan akronim dari Alternatif Wax (lilin, red.) Biji Melinjo," kata Kintan Nur Romadhona di Purwokerto, Senin.
Ia mengatakan tujuan pembuatan pengawet buah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas buah lokal agar dapat bersaing dengan buah impor.
Baca juga: Universitas Bengkulu latih warga membuat tempe dari biji karet
Di samping itu, kata dia, untuk menciptakan pengawet yang aman bagi kesehatan karena dapat dicerna dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
"Pengawet buah di pasaran saat ini umumnya berupa wax atau lilin yang tidak dapat dicerna oleh tubuh sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Hal inilah yang mendorong kami untuk menciptakan pengawet alami dan tidak membahayakan tubuh," katanya.
Menurut dia, penggunaan pengawet alami tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan kegemaran masyarakat untuk mengonsumsi buah lokal dan dapat diaplikasikan pada buah impor.
"Pembuatan pengawet ini terbilang mudah, murah, dan praktis. Penggunaannya hanya dengan menyemprotkan nano emulsi berbahan dasar biji melinjo yang telah diformulasikan pada buah, lalu dikeringkan dengan cara menganginkan buah," katanya.
Kintan mengatakan buah yang telah diberi pengawet berbahan dasar biji melinjo itu dapat disimpan lebih lama dari waktu simpan tanpa pengawet.
Baca juga: Mahasiswa Bengkulu olah kulit rambutan jadi teh
Menurut dia, pengawet tersebut juga mengandung antibakteri gram positif dan negatif, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi buah lokal.
Terkait dengan pengawet buah alami tersebut, dosen pembimbing penelitian Dr. Diniatik, M.Sc., Apt. memberikan apresiasi atas inovasi yang dihasilkan tiga mahasiswi S1 Farmasi itu karena merupakan sebuah capaian prestasi yang harus disyukuri dan membanggakan.
"Dengan keberhasilannya membuat inovasi baru pengawet buah alami, jelas membawa nama harum UMP. Alhamdulillah, semoga mampu terus berprestasi di bidang farmasi," katanya.
Ia mengatakan UMP memberikan ruang seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri dalam bidang akademik dan nonakademik sesuai dengan minat dan bakat mereka terutama yang berkaitan dengan inovasi berbasis revolusi industri 4.0.
Baca juga: Inovasi baru mahasiswa Unimed, ciptakan parfum berbahan andaliman
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
"Pengawet buah ini kami beri nama Awax Bejo yang merupakan akronim dari Alternatif Wax (lilin, red.) Biji Melinjo," kata Kintan Nur Romadhona di Purwokerto, Senin.
Ia mengatakan tujuan pembuatan pengawet buah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas buah lokal agar dapat bersaing dengan buah impor.
Baca juga: Universitas Bengkulu latih warga membuat tempe dari biji karet
Di samping itu, kata dia, untuk menciptakan pengawet yang aman bagi kesehatan karena dapat dicerna dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
"Pengawet buah di pasaran saat ini umumnya berupa wax atau lilin yang tidak dapat dicerna oleh tubuh sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Hal inilah yang mendorong kami untuk menciptakan pengawet alami dan tidak membahayakan tubuh," katanya.
Menurut dia, penggunaan pengawet alami tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan kegemaran masyarakat untuk mengonsumsi buah lokal dan dapat diaplikasikan pada buah impor.
"Pembuatan pengawet ini terbilang mudah, murah, dan praktis. Penggunaannya hanya dengan menyemprotkan nano emulsi berbahan dasar biji melinjo yang telah diformulasikan pada buah, lalu dikeringkan dengan cara menganginkan buah," katanya.
Kintan mengatakan buah yang telah diberi pengawet berbahan dasar biji melinjo itu dapat disimpan lebih lama dari waktu simpan tanpa pengawet.
Baca juga: Mahasiswa Bengkulu olah kulit rambutan jadi teh
Menurut dia, pengawet tersebut juga mengandung antibakteri gram positif dan negatif, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi buah lokal.
Terkait dengan pengawet buah alami tersebut, dosen pembimbing penelitian Dr. Diniatik, M.Sc., Apt. memberikan apresiasi atas inovasi yang dihasilkan tiga mahasiswi S1 Farmasi itu karena merupakan sebuah capaian prestasi yang harus disyukuri dan membanggakan.
"Dengan keberhasilannya membuat inovasi baru pengawet buah alami, jelas membawa nama harum UMP. Alhamdulillah, semoga mampu terus berprestasi di bidang farmasi," katanya.
Ia mengatakan UMP memberikan ruang seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri dalam bidang akademik dan nonakademik sesuai dengan minat dan bakat mereka terutama yang berkaitan dengan inovasi berbasis revolusi industri 4.0.
Baca juga: Inovasi baru mahasiswa Unimed, ciptakan parfum berbahan andaliman
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019