Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Para petani nilam di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan rendahnya harga jual saat ini sehingga petani kesulitan menjual produknya.

Tanaman nilam salah satu mata pencarian warga di Lebong karena untuk menanam sawit daerah itu tidak cocok akibat terjal dan berbukit-bukit, kata seorang petani nilam di Desa Tabah Atas, Lebong Rudi, Senin.

Ia mengatakan, pada lahan tersebut yang paling cocok di tanam sayuran, kopi, karet, sedangkan tanaman nilam merupakan tumpang sari sebelum tanaman tahunan itu besar. "Sebelum tanaman tua itu menghasilkan kami masih bisa dua hingga tiga kali menanam nilam, namun akibat harga rendah sekarang ini sangat kesulitan untuk mengembangkan tanaman tersebut," katanya.

Harga jual minyak nilam saat ini berkisar Rp200-Rp250 ribu per liter, sedangkan biaya untuk mendapatkan satu liter saja lebih tinggi yaitu mencapai Rp300 ribu. Setiap satu liter minyak nilam menghabiskan daun sekitar mencapai belasan kilogram, belum biaya membali bahan bakar kayu.

Terlebih pada musim penghujan sekarang ini, bahan bakar kayu harganya mahal meskipun konsisi basah dan lembab dan harus memerlukan waktu pengeringan, ujarnya. "Kami menanam nilam sudah belasan tahun dengan lokasi berpindah-pindah dan baru beberapa kali menikmati harga di atas Rp500 ribu perliter," ujarnya.

Hal senada juga dikeluhkan petani nilam di Kabupaten Bengkulu Utara karena harga beli minyak nilam dari pedagang luar Bengkulu akhir-akhir ini sangat rendah. "Kami untuk menyimpan minyak nilam itu dalam waktu lama-lama tidak mungkin dilakukan karena kebutuhan sehari-hari sangat mendesak, sedangkan harga sawit dan karet juga masih rendah," ujarnya.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Provinsi Bengkulu Alwi mengatakan, harga minyak nilam itu tergantung permintaan pedagang besar dari luar Bengkulu. Biasanya pedagang yang membeli minyak nilam ke Bengkulu dari wilayah Sumatra Utara dan Sumatra Barat karena mereka langsung ekspor. Produksi minyak nilam dari beberapa sentra produksi di Bengkulu sekarang makin berkurang akibat lahan makin menyempit, petani menanam nilam itu tumpang sari dengan tanaman sawit atau karet, ujarnya.(Z005)

Pewarta:

Editor : Rangga Pandu Asmara Jingga


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012