Kalangan petani sayuran di Desa Sumber Urip, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu sejak beberapa tahun belakangan mengembangkan usaha pembudidayaan lebah madu sebagai pendapatan tambahan yang menjanjikan.

"Usaha ini sebagai tambahan sambil menunggu tanaman sayuran atau kopi dan jeruk panen. Setiap kotak lebah madu ini bisa menghasilkan enam botol madu ukuran 220 mililiter, yang kami jual Rp80.000 per botol," kata Kusyanto, ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Tunas Baru, Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Rabu.

Baca juga: BKSDA tidak batasi jumlah pendaki Bukit Kaba

Budidaya lebah madu yang ditekuni kelompoknya itu tambah dia, sudah dilaksanakan sejak 2011 lalu, di mana saat ini jumlah peternak yang bergabung dalam usaha ini mencapai 28 orang dengan jumlah kotak lebah mencapai 250 kotak.

"Kotak tempat lebah ini membuat koloni ukuran 35 x 42 CM perkotaknya bisa menghasilkan delapan botol atau berkisar 1,5 liter, namun produksi madu ini tidak kita ambil semua. Kalau diambil semua lebahnya akan lari sehingga disisakan dua frame atau rumah madunya," jelas Kusyanto.

Agar produksi madu yang dihasilkan lebah ini optimal, biasanya kotak tempat lebah ini membuat rumah madu atau mereka sebut frame dibuat dengan jarak 0,8 hingga 1 CM, jika lebih dari itu maka rumah madu yang dibuat lebah tidak akan beraturan.

Lebah madu yang dipeliharanya itu sendiri berjulah empat kotak yang mencari makan dengan menghisap madu dari kebun kopi arabika yang dibukanya diatas lahan berukuran 1/2 hektare yang ditumpang sari dengan tanaman jeruk serta sayuran seperti kol bulat, tomat dan cabai.

Baca juga: Harga jual terus anjlok, sejumlah petani Rejang Lebong tebangi tanaman kopi

Madu produksi lebah yang mereka budidayakan ini dipanen setiap dua bulan sekali, di mana saat musim kopi berbunga maka aroma madunya terasa kopi dengan warna agak kemerah-merahan, kemudian jika musim strawberry berbunga maka madunya beraroma strawberry.

"Selain itu juga ada aroma bunga kaliandra, atau bunga labu siam dan jenis sayuran lainnya dengan aroma tersendiri," tambah dia.

Sejauh ini produksi usaha peternakan lebah madu binaan Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu tersebut, telah memberikan penghasilan tambahan terutama saat harga sayuran anjlok, apalagi madu yang mereka hasilkan ini cukup diminati pembeli sehingga tidak ada permasalahan dalam pemasarannya.

"Pada bulan Juni kemarin madu yang dihasilkan kelompok mencapai 600 botol, kami sempat kewalahan memasarkannya. Alhamdulilah kami dibantu petugas BKSDA Bengkulu turut memasarkannya sehingga dibeli oleh warga Bengkulu, Palembang hingga dari Jakarta," ungkapnya.

Sementara itu kendala yang mereka hadapi kata Kusyanto, karena adanya cuaca ekstrem sehingga sering membuat kotak lebah madu yang mereka letakkan dikebun sering terbaik, kemudian adanya gangguan dari semut, cicak dan lipas serta adanya penyemprotan insektisida pada tanaman sehingga kerap menyebabkan lebah mati keracunan.

Bagi warga yang akan membeli madu produksi KTH Tunas Baru bisa datang ke Desa Sumber Urip yang berada di kaki Gunung Api Bukit Kaba. Madu yang mereka jualnya ini masih menggunakan kemasan botol bekas teh botol ukuran 220 mililiter seharga Rp80.000 per botol dengan kualitas yang dijamin keasliannya.

Baca juga: Rotasi jabatan perwira Polres Rejang Lebong untuk penyegaran
Baca juga: Polisi selamatkan sepeda motor korban begal di Jalan Lintas Curup-Lubuklinggau
Baca juga: Jamaah haji Rejang Lebong wafat di Mekkah

Pewarta: Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019