Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Produksi tanaman hutan kemasyarakat (HKM) percontohan di Bengkulu yang dikembangkan pada tahun 2000-2001 terdiri atas petai, jengkol dan pinang hasilnya sangat minim.

"Meski bibit komoditas itu didatangkan langsung dari luar Bengkulu, namun sebagian besar tidak tumbuh meskipun ada yang tumbuh, namun tidak berbuah, kata seorang peserta HKM percontohan Wahimin, Kamis. Ia mengatakan, untuk tanaman kemiri banyak tumbuh namun produksinya sulit untuk dijual karena harganya sangat rendah.

Para petani sebagian besar mengurangi tanaman kemiri tersebut diganti dengan tanaman kopi dan karet, sekarang tanaman itu sudah berproduksi. Sementara tanaman petai, jengkol dan pinang sebagian besar tidak berbuah, melihat kondisinya tidak menguntungkan maka diganti dengan tanaman produktif lainnya, ujarnya.

Seorang pedagang petai di Kabupaten Kepahiang Dani mengatakan, bila produksi petai tanaman peserta HKM itu berbuah lebat, tidak mungkin petani dari Lampung Barat masuk ke daerah itu. "Kami setiap minggu membeli petai dari Lampung Barat dan dijual di Kepahiang dalam jumlah banyak dan selalu habis, sedangkan produksi lokal sangat minim," ujarnya.

Kabid Evaluasi Balai Pengelolaan Darah Aliran Sungai (BPDAS) Ketahun Bengkulu Kuliahadi mengatakan, proyek percontohan HKM di Kepahiang itu sekitar tahun 2000 dan luas seluruhnya 2.000 hektare. Proyek percontohan HKM yang didanai luar negeri (OECF-INF) sebesar Rp11 miliar itu, terdapat dalam kawasan hutan lindung Bukit Daun reguister V itu, luasnya sekitar 2.000 Ha dengan menggunakan satu juta bibit antara lain tanaman kemiri, jengkol dan pinang.

Setelah tanamannya menghasilkan sebagian besar ditebangi warga akibat buahnya sedikit, mereka menggantinya dengan jenis tanaman lain. Awal proyek itu turun melalui Kanwil Kehutanan Provinsi Bengkulu tahun 2000-2001 dan pengelolanya adalah BP-DAS Ketahun Bengkulu, dengan menetapkan lokasi di Kabupaten Rejang Lebong sebagai kabupaten induk dari Kepahiang.

Kelanjutan proyek itu diteruskan oleh 60 kelompok tani (1.507 KK) yang tergabung dalam empat UPP-HKM yakni di Desa Air Lanang,Tanjung Dalam, Tebat Monok dan Desa Air Selimang, katanya. Awalnya tanaman kemiri, jengkol, petani dan pinang dilahan HKM itu tumpang sari dengan tanaman kopi, namun melihat produksinya sangat kecil, bila dibadingkan dengan pola non tupang sari, maka warga menebang pohon kemiri yang tengah produktif itu, ujarnya.(Z005)

Pewarta:

Editor : Rangga Pandu Asmara Jingga


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012